HIV/AIDS Tumbuh Subur, Butuh Solusi Sistemis

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

HIV AIDS Tumbuh Subur, Butuh Solusi Sistemis

Oleh Andi Srie Muniati T., S. Farm.

(Freelance Writer)

 

Dilansir dari Liputan6.com (2/12/22), Dinas Kesehatan Kota Batam mencatat jumlah kenaikan kasus HIV/AIDS di Kota Batam mencapai 446 orang pada 2022. Dari 446 kasus positif HIV/AIDS di Batam, di antaranya meliputi 333 pria dan 113 wanita, dari 2.594 orang yang dites. Adapun kasus meninggal dunia sebanyak 57 orang dari total 8.800 orang terindikasi positif HIV/AIDS.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kota Batam Melda Sari mengatakan, penularan tertinggi di kalangan pasangan jenis kelamin pria dengan usia produktif 25-49 tahun, melalui penggunaan jarum suntik.

Secara nasional, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyampaikan data teranyar orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Indonesia, dimana, hingga Juni 2022, total pengidap HIV yang tersebar di seluruh provinsi mencapai 519.158 orang (cnnindonesia.com, 01/09/22).

Penularan umumnya terjadi melalui hubungan seksual tanpa pengaman, penggunaan jarum suntik secara bergantian, dan proses persalinan serta menyusui dari ibu ke anak. Selain itu, L967 juga termasuk ke dalam kelompok berisiko. Sebanyak 18,7 persen dari total keseluruhan kasus di Indonesia dialami oleh kelompok L967.

Program Pemerintah

Untuk merealisasikan epidemi AIDS pada 2030, semua orang harus meningkatkan upaya pencegahan. Semua orang dengan hasil tes positif harus segera menjalani treatment ARV. Pun, semua orang yang sedang menjalani pengobatan harus disiplin untuk mencapai viraload tersupresi.

Krittayawan Boonto berpandangan, penguatan multi-sektoral menjadi penting untuk dilakukan agar mendapatkan dukungan yang cukup untuk program HIV. Negara juga harus prioritaskan pembiayaan program HIV, sehingga Indonesia bisa bebas HIV/AIDS pada 2030. (sindonews.com, 28/11/2022)

Sementara itu, Jaringan Indonesia Positif, Ikatan Perempuan Positif Indonesia, Lentera Anak Pelangi, dan Yayasan Pelita Ilmu, membuat Aliansi Nasional untuk mengakhiri AIDS pada Anak di Indonesia ketika memperingati Hari AIDS Sedunia, 1 Desember 2022 lalu. Aliansi ini digagas untuk memperbaiki salah satu masalah yang paling mencolok dalam respon penanggulangan AIDS.

Tujuan Aliansi Nasional untuk Mengakhiri AIDS pada Anak tidak lain adalah memastikan bahwa tidak ada anak yang hidup dengan HIV yang tidak dapat mengakses pengobatan dan tidak ada lagi infeksi baru pada anak. Sebab, di Indonesia, hanya 25 persen dari anak-anak yang hidup dengan HIV menjalani pengobatan ARV untuk menyelamatkan jiwa mereka. Analisis PBB telah menyatakan bahwa ketidaksetaraan menghalangi berakhirnya AIDS (04/12/22).

AIDS merupakan penyakit mematikan yang disebabkan oleh infeksi HIV. Populasi penyakit ini setiap tahunnya terus saja meningkat, namun belum juga ditemukan obat maupun vaksinnya. Belum lagi, kebebasan dan HAM semakin menambah runyam kondisi ini, sehingga solusi yang diberikan tidak jelas arahnya.

Jika kita cermati, solusi yang ditempuh pemerintah dan berbagai lembaga terkait, bisa dikatakan belum berhasil alias gagal. Hal itu terjadi karena solusinya selalu bersifat pragmatis. Ditambah lagi, bersumber dari akal manusia yang menafikkan faktor risalah, wahyu, dan agama. Hal ini bisa terjadi karena memang kita sedang hidup dalam negara sekuler.

Alih-alih memberantas AIDS, kampanye penggunaan alat pengaman atau kondom yang terus digencarkan, justru terkesan mendukung seks bebas dengan istilah “seks aman”. Akibatnya, free sex semakin marak.

Bukan hanya itu, jika dunia masih saja memberi peluang dan dukungan kepada para penyuka sesama jenis, akan berisiko terhadap peningkatan penularan virus HIV. Bahaya yang lebih mengerikan siap mengintai generasi, jika negara melegalisasi perilaku penyimpangan seksual ini.

Akibat Liberalisme

Apa yang terjadi saat ini sebenarnya adalah hasil dari arus liberalisme. Akibat kebebasan yang selalu digaungkan dengan jargon ‘my body my authority’, selalu digaungkan oleh para penganut paham sekulerisme ini, tujuan memberantas HIV/AIDS tampaknya hanya harapan kosong.

Terus meningkatnya jumlah kasus AIDS, sedikit banyak, juga disebabkan karena kebebasan berperilaku yang diusung demokrasi. Lalu, makin diperkuat oleh sekularisme yang memisahkan aturan agama dengan kehidupan dan menjadikan akal manusia yang terbatas sebagai pengganti aturan Allah dalam mengatur kehidupan di dunia, termasuk ketentuan halal dan haram yang wajib menjadi rujukan seluruh kaum muslim.

Dalam demokrasi, manusia dianggap paling tahu apa yang terbaik ataupun yang buruk bagi dirinya, sehingga ia diberi kebebasan untuk mengatur sendiri perihal kehidupannya. Padahal, sebagai makhluk Allah, manusia itu terbatas dan tidak akan mampu memahami hal-hal di luar jangkauan akalnya. Olehnya, ketika manusia memaksakan diri menerobos apa yang sejatinya tidak mampu ia jangkau, pasti menghasilkan kekacauan, bahkan kerusakan.

Islam Solusi Tuntas

Akar permasalahan dari fenomena HIV/AIDS adalah karena negara menerapkan sistem kapitalisme-sekularisme yang melahirkan gaya hidup liberal di tengah masyarakat. Untuk itu, solusi terbaik yang seharusnya ditempuh adalah dengan mengganti sistem sekuler ini dengan sistem Islam.

Sistem Islam bisa diterapkan dengan sempurna ketika ada sebuah institusi yang memungkinkan penerapannya. Institusi itu tidak lain adalah Daulah Khilafah Islamiyah. Khilafah tidak akan memberi celah sedikutpun bagi paham liberalisme untuk bisa berkembang. Sebab, Islam telah mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk dalam sistem pergaulan, baik antara laki-laki dan perempuan, maupun dengan sesama jenis.

Bukan hanya itu, keluarga, media, maupun industri juga diatur dan dikontrol, agar hal-hal yang dapat membangkitkan naluri seksual tidak beredar liar di tengah umat sebagaimana di sistem sekuler saat ini. Islam telah menjelaskan secara rinci bagaimana keluarga bisa menjadi benteng pertama dalam mengokohkan akidah tiap individu di dalamnya.

Selanjutnya, media akan sangat dikontrol oleh negara, terutama yang kontennya berpotensi menstimulasi berbagai keburukan. Demikian halnya dengan industri yang berbau pornografi, pasti dimusnahkan.

Untuk itu, wajib ada sekelompok orang-orang ikhlas yang bersungguh-sungguh mendakwahkan Islam, agar bisa diterapkan. Sehingga, persoalan HIV/AIDS dan seluruh problematika umat dapat diselesaikan secara tuntas. Masyarakat akan kembali memahami dirinya sebagai makhluk sekaligus menyadari bahwa hanya Allah, Tuhan satu-satunya yang layak disembah dan layak mengatur mengatur dunia dan seisinya.

Wallahua’lam Bishshawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *