Kopi para Pujangga

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh: Gus Nur Dampit

Katanya, rasa cinta itu tak bisa terungkap kata. Hanya bisa dirasa oleh para pecinta. Tapi ketika dirangkai oleh pujangga, barulah orang mengetahui derajat cinta dirinya.

Qais Al-Majnun, yg sangat cintanya pada Laila, hanya Laila yg ada di pikirannya. Bahkan apapun tak ada nilainya dibanding sesuatu yg ada pd Laila. Bahkan sampai maut menjemput, madah terakhir yg terungkap hanya tentang Laila.

كَيْفَ أَنْتِ تَحْتَ اَطْبَاقِ الثَّرَى ؟
bagaimana keadaanmu di bawah tumpukan debu ini.
وَكَيْفَ أَنْتِ فِى ظُلُمَاتِ الْقَبْرِ ؟
Bagaimana engkau dalam gelapnya kubur ini.
إِذَا غِبْتِ عَنِّى فَشَمَائِلُكِ مَلَآ رُوحِى
Ketika dikau hilang dariku, tapi seluruh jiwamu memenuhi ruhku.
وَإِذَا نَأَيْتِ عَنْ بَصَرِى فَأَنْتِ أَمَامَ عَيْنِ بَصِيرَتِى.
Meski engkau jauh dari pandanganku, tapi engkau tetap didepan mata hatiku.
وَلَئِنْ رَحَلْتِ فَأَلَمُكِ فِى النَّفْسِ مُقِيم
Dan meski engkau telah pergi, namun lukamu tetap bersemayam dalam jiwaku…

So sad…
Dia menghembuskan nafas terakhir setelah mengungkap perasaan itu…

Tapi begitulah para pecinta, tidak akan melihat kecuali yg berhubungan dg yang dicinta.

Suatu saat si Majnun mengejar anjing Laila, melewati kumpulan orang berjamaah. Selepas itu dimaki-lah si Majnun.
“Sungguh buta kau Majnun, tidak kah kau lihat sekumpulan orang sholat, sehingga kau tinggalkan anjing dan berdiri di shof belakang kami?”
Si Majnun menjawab;
“Sungguh mata pecinta memang buta kecuali kpd yg di cinta. Tapi aduhai yg aku herankan, engkau sedang menghadap Tuhan, tapi engkau melihat ihwal yg aku lakukan. Seperti apa cintamu kepada-Nya?”

Kalimat si Majnun ini laksana panah pada sanubari kita, yg mengaku mencinta Allah tapi malah mengabaikan-Nya. mengaku mencinta Allah tapi tidak mau mengikuti perintah aturan-Nya. Mengabaikan Alquran justru menggunakan hukum-hukum buatan manusia.
Mengaburkan syariat-Nya mendewakan syahwat otak penguasa.

Sore ini sambil meracik kopi pujangga, menyajikan kalimat cinta. Walaupun tak sedahsyat Qais Laila, tapi tetap tulus tanpa kebohongan didalamnya. Pahit tetaplah dikatakan pahit dan akan terus dinikmati juga.

Tuhan, telah Engkau wajibkan aturan-Mu kpd kami. Maka kewajiban akan tetap aku ungkapkan sebagai kewajiban. Karena aku tak mampu menipu Engkau dan tak bisa menipu diri sendiri.

Tuhan Engkau perintahkan Alquran sebagai hukum tertinggi, maka aku sampaikan Alquran tetap hukum tertinggi. Walaupun dunia berkata lain dan kenyataan mengungkapkan lain, tapi telinga para pecinta hanya mendengar dari yg dicintai.

Tuhan Engkau katakan sesuatu maka aku katakan sesuatu yg sama. Ketika tak sempurna ihwal diriku, karena dhaif diri sebagai manusia.

Kewajiban para pecinta untuk mewujudkan kalimat yg dicinta. Tapi ketika kalimatMu tak kunjung terwujud juga Ya Tuhan, itu karena rapuhnya punggung kami.

Tapi Engkau Tuhan, takkan memberi beban yg tak mampu dipikul orang2 yg mencintai-Mu.

Madah cinta dituang dlm secangkir kopi, setiap aroma yg dihela mengingatkan pd tulusnya cinta, dan upaya tulus dalam mencinta.

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
_*Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.*_
_Ali ‘Imran Ayat 31

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *