Eureka

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Eureka

Oleh Firda Umayah

 

“Bapak…bapak…,” terdengar teriak bercampur tangis dari seorang gadis berusia 10 tahun. Ia tak menyangka bahwa seusianya harus mengalami semua hal itu.

Sebut saja Pia. Ia kini menjadi yatim piatu lantaran kedua orang tuanya telah tiada. Mungkin banyak yang bernasib sama dengannya. Terlebih lagi banyak bencana yang akhir-akhir ini terjadi di bumi pertiwi.

Namun ada yang berbeda dengan Pia. Orang tuanya meninggal bukan karena bencana. Namun karena maraknya kriminalitas yang terjadi di dunia ini. Bapak Pia mati mengenaskan dengan penuh luka dari tubuhnya saat mencari nafkah di pulau seberang. Sedangkan ibunya telah terlebih dahulu meninggal dalam kondisi mengandung adik Pia karena sakit paru-paru.

Kemiskinan yang merajalela diiringi dengan sulitnya mencari pekerjaan dan tidak adanya jaminan kesejahteraan merupakan beberapa faktor utama maraknya kriminalitas.

Belum lagi ditambah krisis moral yang muncul akibat kurangnya pemahaman agama yang sengaja dibuat secara terstruktur agar masyarakat jauh dari pemahaman agamanya. Baik dari kurikulum sekolah yang cenderung sekuler, tatanan sosial masyarakat yang serba bebas dan yang lainnya. Nyatanya, Pia hanya satu korban dari dampak kerusakan sistem dan aparat penyelenggara hukum yang ada di negaranya.

————

“Rika, Kamu tau gak kabarnya Pia?” suara ibu membuka percakapan dengan Rika melalui telp via whatsApp.

Ibu lalu meminta Rika untuk mencari tahu kebenaran berita tentang keluarga Pia melalui media online. Benar saja, bahwa berita tersebut telah ramai di beberapa media online lokal.

Hati Rika tak karuan. Berita yang biasanya hanya ia pandang dari layar televisi kini kian nyata di depan matanya. Hatinya berontak dan menangis. Mungkin inilah rasanya ketika musibah itu nyata menimpa keluarganya, sepupunya sendiri.

Rika tak habis pikir. Ia terus saja memikirkan aneka solusi dan langkah selanjutnya agar Pia mendapatkan kehidupan yang baik setelah kejadian tersebut. Namun langkahnya terhenti karena perkara semacam ini bukanlah yang pertama di negara ini. Bahkan banyak perkara yang akhirnya tak kunjung selesai lantaran sistem hukum yang tak jelas.

——-

Sudah enam bulan sejak apa yang menimpa Pia. Masih jelas di pikiran Rika masalah Pia. Namun Rika kembali disuguhkan dengan banyaknya kasus lain yang setiap hari selalu muncul di media online dan offline.

Kapankah ini akan berakhir? Apakah ini semua salah manusia licik yang hanya mementingkan diri sendiri? Apakah ini sebuah takdir yang hanya bisa pasrah menanti kapan usainya? Semua pertanyaan berkecamuk dalam benak Rika.

Rika terus mencari penyebab dan solusi atas maraknya kriminalitas yang terjadi saat ini. Rika juga aktif berdiskusi dengan beberapa orang yang ia anggap mahir di bidangnya. Rika juga berusaha mencari solusi dari agama Islam, agama yang ia yakini sebagai pedoman dan petunjuk hidup.

——–

“Resolusi itu penting. Tapi revolusi itu jauh lebih penting untuk saat ini,” tekad Rika dalam hati.

Inilah hasil dari pemikiran Rika yang telah ia tempa beberapa bulan lamanya. Mengkaji Islam bersama dengan orang-orang yang memahami segala permasalahan termasuk kepada para ulama dan intelektual muslimah.

Rika lantas bersegera mengambil pena dan buku berwarna biru muda yang lama tak ia sentuh.

“Inilah saatnya. Bangkit dengan pemikiran yang benar. Bangkit dengan aturan yang hanya kepadaNya kita kembali. Omong kosong aturan manusia yang hina dan lemah. Memanusiakan manusia dan menjaga keseimbangan alam hanya bisa dengan aturan dari sang pemilik alam raya yaitu Allah SWT. Sumber keselamatan manusia di dunia dan di akhirat juga hanya berasal dari agama tertinggi yakni Islam,” tulis Rika dalam buku catatan hariannya.

Rika tetap menorehkan pemikirannya yang akan ia kirim ke media online. Rika berharap tulisannya mampu membuka mata, telinga dan lisan banyak orang. Terutama bagi mereka yang tidak mensyukuri nikmat Allah Swt dengan hanya diam bak setan bisu ditengah upaya penjatuhan Islam dan kaum muslimin.

——–

“Eureka, liat. Kamu diundang lagi untuk ngisi online. Temanya moderasi agama,” ucap gadis cantik bergamis ungu kepada Rika. Ialah Anggi, teman satu kamar Rika.

Rika hanya mengangguk sembari sibuk menyiapkan semua bahan untuk persiapan seminar minggu depan. Kini Rika lebih suka berpakaian dengan gamis longgar berwarna gelap dan tentu saja berkumpul dengan para cendikiawan muslim yang taat pada agamanya.

Rika, gadis yang kini menginjak semester 6 di salah satu universitas negeri itu telah melakukan perubahan pada dirinya. Perubahan drastis dalam yang Rika lakukan tiga bulan kemarin membawanya semakin sibuk dengan aktifitas dakwah selain aktifitas lainnya sebagai mahasiswi pendidikan matematika.

Rika hanya berharap, segala amal salehnya mampu menjadi sarana bagi orang-orang dalam meraih hidayah Allah. Rika juga berharap dapat istikamah di jalan dakwah Islam kaffah yang ia tempuh kini. Hingga ia kembali pulang kepangkuanNya.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *