Khaulah Binti Azur Ksatria Pedang Allah Dari Kalangan Perempuan

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Selvi Tridayani

 

Sobat muslim. Islam telah banyak melahirkan pahlawan, nah lahirnya para pahlawan islam ini telah mampu mengubah dunia. Bukan hanya lelaki saja loh yang bisa menjadi pahlawan Islam. Ternyata dikalangan perempuanpun menjadi sosok yang begitu menggagumkan, menjadi ksatria yang menginspirasi di medan perang.

Muslimah satu ini sangat kuat jiwa dan raganya, dia adalah sosok muslimah penunggang kuda berbalut pakaiannya serba hitam. Ya, dia adalah Khaulah Binti Azur salah satu perempuan yang terjun di medan perang. Saat itu Khaulah Binti Azur mengikuti peperangan melawan pasukan kafir romawi di bawah kepemimpinan Khalid bin Walid. Keberanian Khaulah sangat besar, sehingga dia bisa mengalahkan musuh-musuhnya.

Nah, sobat ternyata Khaulat bertugas seperti halnya mukminah lainnya yatu sebagai pengobatan medis . Mengobati pasukan muslim yang terluka. Namun, saat mengetahui kakak kandungnya, Dhirara bin Azur tertawan oleh musuh. Maka, saat itupun keberanian Khaulat bangkit dan membawa. Ternyata Khaulah dan kakak kandungnya sangat akrab dan dengan sobat muslim.

Bahkan Dhirara yang mengajarkan kepada Khaulah tentang ilmu perang, Khaulah sendiri cukup lihai dalam memainkan senjatanya. Fisiknya yang begitu kuat, Ia begitu kuat, gesit dan tinggi dan Khaulah juga jago menungggang kuda.

Sobat muslim, mungkin sebagian kita tidak mengetahui dan tidak mengenal para shabiyah dan pahlawan yang sesungguhnya. Diakibatkan kita saat ini hidup dizaman yang liberal dan sekuler, sehingga menjauhkan kita dengan fakta dan sejarah yang sesungguhnya. Maka, dari itu kita sebagai generasi muda Islam berjuang untuk memahamkan umat yang belun paham. Sobat muslim, mirisnya lagi generasi muda Islam saat ini mengidokan pahlawan-pahlawan yang tidak nyata dan mereka mengidokan artis-artis korea dan barat. Maka, dari itu saatnya kita bangkit sobat muslim.

Nah, kita kembali lagi pada pembahasan Khaulah ya sobat. Maka Khaulah diambillah senjata,nya kemudian ia menutup seluruh tubuhnya kecuali matanya saja. Berpaculah Khaulah menyeruak ke pasukan musuh. Pasukan yang saat itu dipimpin Khalid bin Walid sedang terpukul. Mereka terdesak oleh serangan raksasa Romawi.

Namun, mereka terkesiap. Mereka melihat, dalam barisan kaum Muslimin, seorang ksatria yang gagah berani datang menunggang kuda. Ia menyergap setiap musuh Allah dan membunuhnya. Tak tampak ketakutan sama sekali. Pasukan kaum Muslimin pun terheran, siapakah gerangan ksatria yang berani menyerang saat pasukan terdesak?

Tidak tampak wajahnya, hanya sekelebat pandangan mata. Sang panglima, Khalid bin Walid, juga turut penasaran. Maka diikutilah sang penunggang kuda tersebut di tengah-tengah pertempuran.

Saat mendekati pejuang misterius tersebut, Khalid berkata, “Demi Allah yang telah melindungi seorang pejuang yang berani membela agama-Nya dan menentang kaum musyrik. Tolong buka wajahmu.” Khaulah belum mau menjawab pertanyaan sang panglima perang karena masih banyak musuh yang harus dihadapinya.

Khalid mengejar, lalu mengulangi pertanyaannya. Khaulah pun menjawab, “Aku Khaulah binti Azur. Aku melihat Kakakku, Dhirara tertangkap. Aku datang untuk menolongnya, membebaskan Kakakku yang berperang di jalan Allah.” Para pejuang Islam terkejut mengetahui pejuang misterius itu seorang perempuan.

Kehadiran Khaulah di medan perang memberi andil dalam memenangkan perjuangan tentara Islam. Tapi, nasib kakaknya belum jelas karena sampai akhir peperangan keberadaannya belum diketahui. Teka-teki itu pun terjawab setelah Romawi mengajak damai. Dhirara ditawan di Homs karena telah membunuh anak raja dan banyak tentara Romawi. Khaulah tidak mau tinggal diam. Ia memohon kepada pimpinan perang untuk bergabung membebaskan kakaknya. Khaulah pun kembali berlaga di medan perang dengan jubah serba tertutup. Gema takbir dan keyakinan kuat pada pertolongan Allah berhasil menyelamat kan Dhirara.

Selain berani di medan perang, Khaulah dikenal memiliki strategi jitu untuk menghadapi musuh. Ini terbukti saat ia bersama sejumlah Muslimah menjadi tawanan Perang Sahura. Ketika itu, Khaulah bergabung sebagai tim kesehatan dan logistik. Sialnya, para mujahidah ini ditangkap tentara Romawi. Mereka dikurung berhari-hari di bawah pengawalan ketat pasukan musuh.

Walaupun tanpa senjata di tangan, Khaulah memberontak. Ia menyusun strategi agar bisa menyelamatkan diri bersama teman-temannya. Langkah awal yang dilakukan Khaulah ialah memotivasi mereka agar mau bebas sebelum dilecehkan para tentara musuh.

Khaulah tidak kehilangan akal. Walaupun bukan senjata sesungguhnya, Khaulah mengajak para mujahidah memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya, seperti tiang-tiang dan tali kemah. Hal yang penting, para mujahidin yakin pertolongan Allah pasti datang untuk melepaskan para pejuang Muslimah dari tentara Romawi. “Ingatlah syahid lebih baik bagi kita daripada dihinakan kaum kafir,” kata Khaulah.

Sobat muslim, maka dari itu kita harus mencari tahu pahlawan yang sesungguhnya. Sehingga dapat kita ambil hikmah di setiap kisahnya.

 

Editor : Selvi Tridayani

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *