The Next Shalahuddin Al-Ayyubi

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

The Next Shalahuddin Al-Ayyubi

Oleh Rengganis Santika

(Kontributor Suara Inqilabi)

 

Baitul Maqdis hampir 100 tahun dikangkangi kaum kafir, padahal di sanalah Masjidil Aqsa menjadi kiblat pertama umat Islam. Al-Aqsa merupakan titik tujuh peristiwa Isra tanggal 27 Rajab tahun ke-8 Nubuwwah. Sirah menggambarkan peristiwa Isra Mi’raj adalah traveling hiburan pada saat Amul Huzni atau tahun kesedihan. Begitulah Allah selalu memberi hiburan spiritual bagi para pengemban Risalah-Nya.

Baitul Maqdis dan sekitarnya adalah tanah yang diberkahi dan menjadi saksi Rasulullah SAW mengimami para Anbiya, sebuah isyarat kepemimpinan, bahwa Rasulullah SAW dan umatnya kelak dengan risalah Islam akan memimpin peradaban dunia. Jibril pun membawa Rasulullah SAW ke Sidratul Muntaha, sebuah tempat entah di ruang kosmik mana, yang hingga kini tetap menjadi misteri bagi sains, kecuali hanya bisa diijawab dengan haqqul yakin oleh iman, sebagaimana imannya Abu Bakar Ash-Shiddiq. Di sanalah perintah shalat turun langsung dari Allah Azza wa Jalla tanpa perantara Jibril, bukti istimewanya shalat “Ash Shalatu Imaduddin”.

Lalu siapakah Shalahuddin? Dialah putra dari ayah dan ibu yang tahu betul pentingnya Baitul Maqdis bagi umat Islam. Shalahuddin dipersiapkan sejak dini hingga tumbuh memiliki kepribadian Islam dan terpatri dalam jiwanya untuk membebaskan Baitul Maqdis, yang saat itu dicengkeram Romawi Timur dalam kuasa pasukan Salib.

Shalahuddin Al-Ayyubi mengawali perjuangan dengan memompa semangat persatuan umat, menghilangkan sekat mazhab, perbedaan pendapat, ras dan suku, yang selalu melemahkan tubuh umat Islam. Momen Maulid Nabi menjadi pemantik kobaran semangat, bahwa Allah Azza wa Jalla memberi cap bagi umat Muhammad sebagai khairu ummah, umat terbaik, bukan umat yang ternista, terjajah dan terhina, hingga datang pertolongan-Nya.

Pasukan Salib di bawah komando Richard the Lionheart takluk pada strategi cerdas Shalahuddin Al-Ayyubi, yang sejarawan menyebutnya perang Hitin. Baitul Maqdis kembali ke pangkuan umat Islam pada 27 Rajab 583 H, untuk yang kedua kalinya setelah difutuhat Umar Bin Khattab, khalifah kedua Khulafaur Rasyidin.

Bagaimana mungkin kini umatnya Muhammad SAW bisa tenang melihat Al-Aqsa dalam kuasa kafir? Bahkan saudara kita di sana dibantai Israel hari demi hari? Bagaimana mungkin umat terbaik ini tak berdaya saat Al-Qur’an petunjuk hidupnya dihinakan? Bila Rasulullah kini menyaksikan umat yang begitu dicintainya hidup terjajah dalam kepahitan Kapitalisme dan ketidakadilan standar ganda human right-nya PBB, pasti beliau akan menangis!

Kini siapakah yang akan membebaskan Baitul Maqdis? Ke manakah the next Shalahuddin Al-Ayyubi? Pasti ada, pasti muncul lewat upaya, kerja keras the next Shalahuddin!

Wallahu’alam bishshawwab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *