Jejak Islam di Mekkah Al Mukaromah

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Oleh : Netty Susilowati (Revowriter Malang)

Rasulullah memulai dakwah pertama kali adalah di tanah kelahiran beliau Makkah. Beliau berdakwah di Makkah selama 23 tahun. Dimulai dari keluarga, sahabat-sahabat dan orang terdekatnya. Rasulullah membina mereka di rumah Arqam bin Abi Arqam. Menguatkan aqidah dan mempersiapkan mereka untuk menjadi bagian dari penyeru agama Allah. Siksaan demi siksaan dialami oleh para sahabatnya. Inilah fase pertama dakwah Rasulullah. Membina para sahabat dan menguatkan aqidah beliau.

Setelah merasa siap untuk terjun ke masyarakat, Rasulullah dan para sahabatpun menunjukkan dakwah ditengah masyarakat. Mereka menyeru kepada Islam secara langsung. Menyerang hukum-hukum dan kebiasaan kaum kafir dengan terang-terangan. Fase kedua dari dakwahpun dimulai berinteraksi dengan umat.

Dakwah di Mekkah yang membutuhkan waktu lama, tidak menjamin sebuah keberhasilan. Pada saat itu Islam pun menuntut untuk diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan. Rasulullahpun mencari wilayah-wilayah di jazirah yang siap untuk menerapkan Islam secara keseluruhan. Menyerahkan kekuasaan di wilayah itu mutlak kepada Islam. Rasulullah pergi keThaif. Menemui kabilah-kabilah yang datang untuk berhaji ke Ka’bah. Inilah fase yang sangat penting dalam dakwah Rasulullah. Thalabun Nushrah. Hingga suatu saat beliau dipertemukan dengan Bani Aus dan Khajraj yang bersedia memberikan kekuasaaan mereka di bumi Madinah kepada Rasulullah. Rasulullah pun mengutus Mush’ab bin Umair untuk mempersiapkan masyarakat di Madinah. Agar ketika Islam datang, Islam diterapkan, mereka benar-benar siap membela dan memperjuangkannya.

Dan saat itupun tiba. Rasulullah hijrah ke Madinah saat di sana telah siap diterapkan syariat Islam. Rasulullah mewujudkan istilamul hukmi Islam di Madinah. Menerapkan Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Rasulullah memimpin secara langsung Negara Islam di Madinah. Mulai dari sebuah Negara kecil hingga dengan dakwah dan jihad hampir seluruh jazirah Arab berhasil dikuasai. Satu per satu wilayah ditaklukkan.

Di Madinah inilah Islam sempurna menjadi sebuah mabda. Sebuah ideologi. Sebuah asas kehidupan. Yang darinya lahir berbagai aturan. Memang benar, Islam awalnya datang dan didakwahkan sebagai agama tauhid. Mengesakan Allah. Tetapi secara bertahap Islampun turun sebgai solusi atas semua persoalan hidup. Islam datang sebagai aqidah siyasi. Keyakinan yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Keyakinan bahwa Islam sempurna dan paripurna. Keyakinan bahwa Islam Rahmatan lil’alamin. Harus disebarluaskan keseluruh dunia. Inilah watak asli sebuah ideologi. Mengharuskan untuk disebar.

Di Madinah Rasulullah juga membangun masjid Nabawi yang merupakan masjid kedua yang dibangun Rasulullah setelah masjid Quba yang terletak di desa Quba 5 km dari batas luar Madinah.

Hingga pada tahun 8 Hijriyah kesempatan kembali ke Mekkah terbuka lebar. Dengan penuh perhitungan dan strategi yang telah disusun, Rasulullah kembali ke Mekkah. Bukan sekedar reuni. Atau pulang kampung menengok sanak family. Tetapi Rasulullah kembali sebagai pemimpin kaum Muslimin. Menawarkan dakwah di Mekkah. Menawarkan agar penguasa Mekkah dan masyarakatnya tunduk dibawah panji Islam. Ini terbukti dengan sabda beliau ketika memasuki Mekkah dalam peristiwa agung Fathul Mekkah :

“Barang siapa masuk masjid maka dia aman. Barang siapa masuk rumah Abu Sufyan dia aman. Barang siapa menutup pintu dia aman.”

Demikianlah, Rasulullah masuk Mekkah tanpa ada pertumpahan darah. Sejak saat itu Mekkah menjadi sebuah kota yang tunduk pada kekuasaan Negara Islam Madinah. Diterapkan Islam dalam setiap aspek kehidupan. Hingga seluruh jazirah Arab tidak tersisa kecuali keislaman mereka.

Mekkah menjadi tempat paling suci bagi umat Islam. Tempat penting yang menjadi kiblat kaum muslimin. Sebuah masjid berdiri agung disana. Meski awal pembangunannya bukan pada masa Rasulullah saw, tetapi setelah Islam masuk kembali ke Mekkah, maka Rasulullah lah yang membersihkan Ka’abah juga Masjidil Haram dari berhala-berhala di sekitarnya. Pada masa Umar bin Khaththab, pada tahun 638 M beliau memperluas Masjidil Haram dan melakukan perbaikan-perbaikan. Begitu juga pada masa Utsman bin Affan hingga hari ini, Masjidil Haram menjadi masjid terbesar dan termegah di dunia.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *