Nur Sultan- Polisi menangkap puluhan orang di Ibu kota Nur Sultan dan Almaty, Kazakhstan pada Sabtu, (21/9) setelah melakukan aksi protes terhadap pengaruh China di negara kaya minyak tersebut.
Negeri tirai bambu China telah menjadi salah satu investor dan mitra dagang penting di Kazakhstan. China juga berencana akan merelokasi sejumlah pabrik ke Kazakhstan, namun rencana ini ditolak oleh rakyat Kazakhstan.
Protes anti-China ini dilakukan oleh para pendukung Mukhtar Ablyazov, seorang kritikus paling sengit terhadap presiden pertama Kazakhstan, Nur Sultan Nazarbayev.
Nazarbayev memutuskan mengundurkan diri pada Maret lalu setelah memimpin selama hampir tiga puluh tahun di Kazakhstan, Namun dia masih memiliki andil besar dalam perpolitikan di negara itu sebagai Kepala Dewan Keamanan dan pimpinan partai Nur Otan yang saat ini berkuasa.
Pro pemerintah menyatakan bahwa gerakan politik Ablyazov dianggap sebagai gerakan ektrimis dan kegiatannya dianggap sebagai kejahatan. Dalam demonstrasi ini polisi telah menahan 57 orang dan mereka akan dituntut ke pengadilan. Terang Kementrian Dalam Negeri Kazakhstan.
Polisi melakukan beberapa penangkapan di Nur-Sultan dan Almaty, di Nur Sultan Polisi menahan seorang pria dengan membawa spanduk bertuliskan anti-Nazarbayev. Spanduk lainnya bertuliskan, “Jangan biarkan jalan menuju ekspansi China” dan “Orang tua itu adalah musuh”.
Para demonstran juga berteriak; “Kebebasan bagi tahanan politik”. Beberapa demonstran kemudian berlari setelah polisi membubarkan aksi mereka.
Sedangkan di Almaty, para demonstran dengan cepat dibawa ke mobil dan bus polisi saat mereka memulai meneriakkan slogan anti ekspansi China.
Sektor energi Kazakhstan sangat bergantung kepada China, China juga pembeli minyak serta gas dari negara berpenduduk mayoritas Muslim ini. Namun para kritikus menilai bahwa perusahaan China dan perusahaan asing yang ada di Kazakhstan hanya memperkerjakan sedikit masyarakat lokal dan lebih mengutamakan pekerja asing. [] Gesang