Peringatan Hari Anak: Bualan Dunia pada Hak Anak-anak Palestina

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Peringatan Hari Anak: Bualan Dunia pada Hak Anak-anak Palestina

Oleh: Anisa Rahmi Tania

 

Anak dan masa depan dunia tidak dapat dilepaskan. Karena anak adalah bagian masa depan dunia itu sendiri. Dunia akan baik jika anak-anak pada hari ini terdidik, mendapat hak-haknya dengan baik. Dunia akan runyam kala anak-anak tidak terpenuhi ak-haknya dengan maksimal.

 

Dunia melihat kebutuhan tersebut, bahkan jauh dari beberapa dekade lampau. Dilansir dari laman media detikJatim.com (13/11/2024), Majelis Umum PBB mengadopsi Deklarasi Hak-hak Anak pada tahun 1959 dan pada tahun 1989 turut mengadopsi Konvensi Hak-hak Anak. Pada akhirnya ditetapkanlah 20 November sebagai Hari Anak Sedunia sebagai kesepakatan internasional pertama yang secara komprehensif melindungi hak anak. Perlindungan ini di antaranya perlindungan untuk bertahan hidup, berkembang, perlindungan dari kekerasan dan eksploitasi. Peringatan ini pun menjadi pengingat bahwa anak di seluruh dunia memiliki hak hidup sehat, aman, dan bermartabat.

 

Kondisi Anak Jauh dari Harapan

 

Perhatian dunia terhadap kondisi anak ternyata tidak banyak berpengaruh. Melihat fakta kondisi anak pada umumnya, sangat jauh dari harapan. Tengok saja kasus kekerasan yang terjadi pada anak di negeri ini. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) menyatakan freakuensi kekerasan pada anak tahun 2024 meningkat jika dibandingkan tahun 2021. Sebesar 51,7 persen anak perempuan dan 49,8 persen anak laki-laki mengalami setidaknya satu bentuk kekerasan selama hidupnya. Padahal di tahun 2021 tindak kekerasan yang dialami anak perempuan sebesar 46 persen dan anak laki-laki sebesar 37,4 persen (detiknews.com, 29/10/2024).

 

Begitupula dengan kasus perdagangan orang, data Kepolisian Republik Indonesia melaporkan pada tahun 2023 terdapat 1062 kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). Sebanyak 95 persen yang menjadi korban adalah perempuan dan anak-anak. Data tersebut menunjukkan peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya sebagai dampak dari penggunaan teknologi yang masif (indonesia.iom.int, 7/8/2024).

 

Sementara diambil dari data global, saat ini data penyalahgunaan narkotika telah mencapai 296 juta. Jumlah tersebut naik sebesar 12 juta jiwa dari tahun sebelumnya. Angka itu mewakili 5,8% penduduk dunia dalam rentang usia 15-64 tahun. Di tanah air sendiri sebanyak 3,3 juta penduduk yang melakukan penyalahgunaan narkotika. Angka ini menunjukkan peningkatan yang signifikan pada kelompok usia 15-24 tahun.

 

Masalah lainnya yang dihadapi anak adalah jerat kemiskinan, broken home, putus sekolah, dan lain-lain. Sederet kasus yang dari waktu ke waktu tidak menunjukkan ke arah penurunan kasus tetapi sebaliknya. Pertanyaannya, cukupkah peringatan hari anak diselenggarakan?

 

Apalagi jika melihat mirisnya kondisi anak di tanah Palestina setelah lebih dari satu tahun terakhir terjadi genosida. Penyerangan militer tanpa henti, tanpa melihat warga sipil, perempuan bahkan anak kecil. Dilansir dari laman kompas.tv (21/11/2024), lebih dari satu tahun penyerangan Zionis Yahudi ke Palestina telah menewaskan lebih dari 44.000 orang yang 77% di antaranya adalah anak-anak.

 

Perhatian Palsu Dunia pada Anak-anak Palestina

 

Melihat dari aspek manapun, UNICEF yang didaulat sebagai lembaga dunia untuk melindungi anak telah gagal. Bahkan terlihat sebatas bualan. Karena pada faktanya derita anak-anak Palestina tidak teratasi sedikit pun.

 

Dari serangan yang dilakukan Zionis Yahudi setahun yang lalu, dunia telah tahu persis kondisi yang dialami anak-anak Pelestina. Jangankan untuk menikmati pendidikan dan kesehatan yang nyaman dan berkualitas. Untuk mendapat hak keamanan, hidup dengan tenang, tidur dengan lelap pun mereka tidak dapatkan. Mereka bahkan harus bertahan hidup dalam kondisi kelaparan dan kehausan karena tidak ada makanan dan minuman yang mereka dapatkan.

 

Lantas langkah apa yang dilakukan UNICEF atau para penguasa dunia untuk membela hak anak-anak Palestina? Sekadar kutukan atau kecaman. Jelas itu tidak memberikan efek sedikit pun pada perubahan. Kecaman dan kutukan semacam janji palsu yang menguap seiring dengan bom-bom yang dijatuhkan Zionis Yahudi di seluruh bangunan tempat anak-anak Palestina berlindung.

 

Bahkan pengadilan Internasional yang telah menjatuhkan putusan bersalah pada Netanyahu saja nyatanya bisa ditolak negara-negara ICC dengan mudahkan. Artinya dunia tidak punya kekuatan yang nyata untuk melindungi anak-anak Palestina.

 

Para penguasa muslim yang mempunyai kekuatan militer pun mati kutu. Mereka terus menghitung-hitung akibat dari bermusuhan dengan Zionis Yahudi jika membela Palestina dengan mengirim bantuan militer. Mereka terperangkap oleh ketakutan terberangusnya kekuasaan mereka jika berhadapan dengan Zionis Yahudi dan para sekutunya. Itulah jebakan kapitalisme-sekuler.

 

Sistem sekularisme mengikis habis akidah para penguasa dengan menjauhkan akidah dari jati diri mereka sendiri sebagai seorang muslim. Membuat mereka tidak merasa tersayat hatinya saat menyaksikan anak-anak Palestina yang tewas berlumuran darah.

 

Sementara sistem kapitalisme telah membuat pikiran mereka dicekoki dengan materi, uang, dan keuntungan belaka. Jabatan yang diemban dianggap sebagai jalan mendapatkan materi bukan memandang sebagai amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Alhasil mereka tidak mau memberi bantuan lebih dari bantuan kemanusiaan ala kadarnya. Karena kontrak kerja dengan para Sekutu Zionis Yahudi dianggap lebih menguntungkan dibanding memberi bantuan militer pada Palestina.

 

Islam Perisai Seluruh Kaum Muslim

 

Islam hadir untuk mempersatukan. Islam hadir untuk melindungi dan menjadi benteng pertahanan kaum muslim. Di tengah kondisi genosida di Palestina, tidak ada solusi hakiki selain dengan persatuan umat di bawah sistem Islam.

 

Kaum muslim harus menyadari bahwa dunia, negara-negara adidaya, negara-negara yang berpenguasa muslim sama sekali tidak berkutik terhadap Zionis Yahudi. Mereka bertekuk lutut seperti seekor keledai lemah. Mereka lebih takut pada ancaman Zionis Yahudi dan sekutunya dibandingkan dengan perintah sang Khalik, Allah SWT., padahal telah jelas Allah terangkan dalam kitabNya;

 

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad), dan jangan pula kalian mengkhianati amanah-amanah yang telah dipercayakan kepada kalian, sedangkan kalian tahu (QS. Al-Anfal [8]: 27).”

 

Selama kaum muslim di bawah sistem kapitalisme dipastikan anak-anak Palestina dan seluruh kaum muslim di belahan negeri manapun akan terus terancam hidupnya. Baik ancaman secara langsung maupun tidak langsung.

 

Maka saatnya kaum muslim sadar dan bangkit untuk kembali memperjuangkan persatuan umat Islam. Kemudian melanjutkan kembali kehidupan Islam di bawah panji Rasulullah saw,. Utamanya kembali mensyiarkan Islam ke seluruh penjuru dunia melalui dakwah dan jihad. Zionis dan sekutunya akan ketakutan dan berpikir ulang untuk menantang kaum muslim tatkala persatuan itu telah terwujud.

 

Wallahu’alam bish-shawwab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *