Paylater, Jebakan Konsumerisme

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Paylater, Jebakan Konsumerisme

Safira M. Shalihah

Mahasiswi Pascasarjana UM

Paylater sekarang makin digemari oleh masyarakat terutama milenial dan Gen-Z. Survei yang dilakukan oleh Katadata Insight Center dan Kredivo terhadap 3.560 responden pada Maret 2021 menunjukkan bahwa jumlah pelanggan baru paylater meningkat sebesar 55% selama pandemi. Sayangnya meningkatnya jumlah pengguna di kalangan anak muda ini justru jadi bencana. Banyak akhirnya yang terlilit hutang paylater dan tak mampu membayar. Mengutip data OJK, karakter pengguna yang kesulitan membayar tunggakan kredit menjadi semakin muda. Karena sistem paylater ini mudah digunakan, bisa connect secara digital, generasi muda yang lebih efektif banyak yang mengajukan padahal belum punya pendapatan.

Apalagi dengan kolaborasi penyedia layanan multifinance dan P2P lending yang kini berkolaborasi dengan banyak e-commerce untuk menyediakan opsi pembayaran “beli sekarang, bayar nanti”. Kebanyakan anak muda pengguna paylater ini menggunakan untuk kebutuhan tersier seperti fashion, hobi, koleksi seperti K-Pop maupun anime. Salah seorang mahasiswa mengaku meski belum berpenghasilan ia menggunakan paylater karena dirasa mudah untuk membeli keinginannya terhadap koleksinya tersebut.

Menurut Indef, kasus-kasus pinjaman macet makin banyak terjadi pada pengguna berusia di bawah 19 tahun yang belum berpenghasilan. Gen Z, sebagai generasi yang paling adaptif terhadap teknologi, cenderung memilih fasilitas kredit melalui platform online seperti paylater dibanding kredit perbankan.

Proses pengajuannya yang mudah serta persyaratannya yang minim membuat banyak orang bisa lolos meski profil keuangannya sebetulnya tidak layak untuk diterima. Secara keseluruhan OJK menyatakan bahwa angka kredit macet paylater telah mencapai 7,61% pada September lalu. Meski demikian, Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank OJK, Bambang W Budiawan, menuturkan bahwa bisnis Buy Now Pay Later (BNPL) ini tidak membutuhkan regulasi khusus.

Miris melihat jumlah anak muda yang semakin banyak terjerat hutang paylater karena tergiur iming-iming promosi dan kemudahan demi memuaskan hawa nafsunya. Begitulah cara kerja kapitalisme yang memanfaatkan keserakahan manusia. Dimana ada kesempatan di situ akan dibuat peluang yang banyak. Melihat para Gen-Z ini generasi yang adaptif terhadap teknologi, update, ingin serba mudah dan tidak mau ketinggalan tren membuat konsep paylater ini cepat digunakan.

Mereka tidak sadar bahwasanya sistem ini mengandung unsur riba dan mempersulit mereka, terutama bagi anak muda yang belum berpenghasilan. Ujungnya dikejar-kejar debt collector dan menjadi beban orang tua.

Jika saja Islam menjadi pengatur seluruh kehidupan, maka kasus seperti gagal bayar tagihan paylater, terjerat pinjol, dikejar-kejar debt collector tidak akan mendera anak muda seperti sekarang. Justru aturan komprehensif Islam akan menutup semua kemungkinan sifat-sifat konsumerisme itu menggerogoti jiwa pemuda muslim. Dari individunya akan terdidik dengan kepribadian Islam yang hidup untuk beribadah, bukan mengejar lifestyle dan nafsu duniawi. Sehingga standar anak muda tak lagi kehidupan ala barat, namun syariat Islam. Sistem ekonominya jelas menutup semua pintu riba dari celah manapun, bahkan meski dengan perkembangan teknologi, riba itu tetap tidak akan dibiarkan ada. Ekonomi dalam Islam fokus untuk mengelola harta sesuai kepemilikan dan memastikan rakyat sejahtera dengan pengelolaan tersebut.

Tidak akan ada juga kasus kepepet menggunakan pinjol karena susah memenuhi kebutuhan sehari-hari. Yang jelas sistem Islam yang komprehensif tidak akan membiarkan pengaruh dan cara pandang barat masuk ke dalam kehidupan kaum muslimin. Hal ini hanya memungkinkan jika sistem Islam diterapkan dalam bingkai negara. Negara inilah yang akan jadi benteng dan penerapannya, yakni Negara Khilafah Islamiyyah.

Wallahu a’lam bishshawab.

 

 

 

 

 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *