Mudik Aman, Butuh Riayah Penguasa

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Mudik Aman, Butuh Riayah Penguasa

 

Oleh Pipin 

Aktivis Muslimah

Di balik tradisi mudik yang dianggap sebagai kearifan budaya bangsa Indonesia, terkuak tabir ketimpangan sosial yang luar biasa dimana mudik benar-benar menjadi sebuah dilema, karena hasrat pemudik begitu menggebu-gebu ingin sampai kampung halaman bertemu sanak keluarga.

Namun, justru ritual inilah yang seringkali membuat kemacetan, kriminalitas dan kecelakaan lalu lintas meningkat dimana-mana. Serta instabilitas ekonomi yang tercipta akibat ulah pengusaha yang mencari untung dari tradisi tahunan ini.

Ritual mudik lebaran setiap tahun selalu menimbulkan korban jiwa. Kecelakan lalu lintas disebabkan banyak faktor, seperti infrastruktur jalan yang tidak layak, harga tiket tol yang mahal, tiket transportasi umum yang mahal dan terbatas, banyak kendaraan pribadi, dan lain-lain. Ini terjadi berulang setiap terjadi arus mudik. Hal ini menggambarkan tidak ada penanganan yang komprehensif.

Korban jiwa terus meningkat pada kasus kecelakan saat mudik. Berdasarkan data sumber dari www.merdeka.com. Data kecelakaan lalin pada 22 April 2023, sebanyak 273 kejadian. Dengan rincian 30 orang meninggal dunia, 45 orang luka berat dan 378 orang luka ringan,” kata Juru Bicara Polri dalam Operasi Ketupat 2023 Kombes Pol Erdi Adrimurlan Chaniago saat jumpa pers, Minggu (23/4).

Salah satu solusi pemerintah untuk menjamin terlaksananya arus mudik adalah dengan memastikan terurainya kemacetan melalui berbagai rekayasa lalu lintas. Tentunya hal itu tidaklah cukup. Lebih jauh lagi, harus ada rekayasa sistemis dan komprehensif agar mudik aman dalam atmosfer keimanan yang juga dapat terlaksana.

Atas dasar inilah, problem mudik memerlukan kajian yang sistemis dan komprehensif untuk membedah berbagai permasalahan mudik tahunan secara menyeluruh.

Negara wajib membangun jalan sesuai kapasitas kebutuhan masyarakat. Di sepanjang jalan tersebut, negara harus menyediakan fasilitas pendukung untuk memenuhi kebutuhan pemudik, seperti rest area yang dihitung pada interval jarak dari normalnya kondisi pemudik membawa kendaraan. Hal tersebut karena pengendara yang keletihan dan kelelahan rentan mengalami kecelakaan.

Islam sangat memahami pentingnya mudik. Islam tidak hanya menjadikan mudik sebagai ritual tahunan. Islam sangat memahami bahwa mudik adalah salah satu wujud pelaksanaan syariat Islam, yakni perayaan Hari Raya Idulfitri yang di dalamnya ada aktivitas birrul walidain dan silaturahmi setelah sekian lama seorang muslim jauh merantau. Dengan demikian, Islam merasa sangat berkepentingan untuk menyelenggarakan proses mudik dengan sebaik-baiknya, yakni aman dan nyaman, bahkan gratis. Islam akan menyediakan banyak tempat peristirahatan bagi para pemudik di perjalanan. Sehingga tujuan mudik di hari raya dapat tercapai.

 

Wallahu a’lam bishshawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *