Mengapa Kunjungan Tokoh Nahdlatul Ulama ke Israel Menjadi Kontroversial? Analisis Hasbara dan Strategi Propaganda Israel di Indonesia

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Mengapa Kunjungan Tokoh Nahdlatul Ulama ke Israel Menjadi Kontroversial? Analisis Hasbara dan Strategi Propaganda Israel di Indonesia

Selvi Sri Wahyuni

(Mahasiswi Pascasarjana UIKA Bogor)

 

Lima tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) yang mengunjungi Israel dan bertemu dengan Presiden Isaac Herzog telah menjadi fokus perhatian banyak pihak (detik.com, 15/7/2024). Kunjungan ini dianggap sebagai langkah yang mendukung agenda politik Zionis Yahudi, yang terus berusaha membangun citra positif di tengah kritik internasional atas kebijakan agresif mereka terhadap Palestina. Dalam pandangan Islam, tindakan ini sangat kontroversial karena bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar solidaritas umat dan perlawanan terhadap ketidakadilan.

 

Proyek Hasbara: Strategi Propaganda Zionis

 

Hasbara, yang berarti “penjelasan” dalam bahasa Ibrani, adalah sebuah strategi propaganda yang bertujuan membentuk citra positif Israel sambil mencoreng lawan mereka, khususnya Palestina dan kelompok-kelompok perlawanan seperti Hamas. Melalui berbagai taktik, seperti pelatihan media, kampanye digital, dan keterlibatan tokoh-tokoh penting dari berbagai negara, termasuk Indonesia, Hasbara bertujuan membentuk opini publik yang mendukung Israel, meskipun kenyataan di lapangan menunjukkan adanya kebijakan apartheid dan tindakan kekerasan terhadap rakyat Palestina.

Kunjungan tokoh NU ke Israel dianggap oleh para kritikus sebagai bagian dari upaya Hasbara untuk menunjukkan bahwa Israel memiliki hubungan baik dengan pemimpin-pemimpin Muslim. Ini adalah cara untuk menutupi kenyataan konflik, di mana Israel secara sistematis melanggar hak asasi manusia dan hukum internasional. Kehadiran tokoh-tokoh NU ini bisa dimanipulasi untuk menunjukkan bahwa normalisasi dengan Israel adalah langkah yang dapat diterima dan bahkan didukung oleh sebagian umat Islam.

 

Perspektif Islam: Normalisasi sebagai Pengkhianatan

 

Dalam perspektif Islam, kunjungan ini dilihat sebagai bentuk pengkhianatan terhadap prinsip-prinsip ajaran Islam, yang menekankan pentingnya solidaritas dan perlawanan terhadap ketidakadilan. Al-Qur’an dan hadis mengajarkan bahwa umat Islam harus teguh melawan penindasan dan tidak boleh bersekutu dengan mereka yang menzalimi saudara-saudara mereka. Surah Al-Ma’idah ayat 51, misalnya, menegaskan bahwa umat Islam tidak boleh menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai sekutu yang setia, karena mereka saling mendukung dalam penindasan terhadap umat Islam. Ayat ini sering dikutip untuk menekankan bahwa segala bentuk hubungan dengan Zionis, yang selama ini melakukan penindasan terhadap Palestina, adalah haram.

Kritik keras dari kalangan Islam, termasuk para ulama dan intelektual, menyoroti bahwa kunjungan ini bukan hanya kesalahan politis tetapi juga kesalahan moral. Para kritikus menyatakan bahwa normalisasi dengan Israel berarti memberi legitimasi pada entitas yang secara sistematis menindas rakyat Palestina. Ini bertentangan dengan ajaran Islam tentang keadilan dan perlawanan terhadap kezaliman.

 

Strategi Hasbara di Indonesia: Manipulasi Opini Publik

 

Hasbara di Indonesia telah lama berusaha mempengaruhi opini publik melalui berbagai cara, termasuk melibatkan jurnalis, akademisi, dan tokoh agama dalam program-program yang dirancang untuk mempromosikan citra positif Israel. Ini termasuk undangan untuk kunjungan rahasia ke Israel, di mana para peserta diberi pandangan positif tentang negara tersebut, sekaligus diharapkan untuk menyebarkan narasi ini di tanah air mereka. Taktik ini bertujuan untuk mengikis solidaritas umat Islam dengan rakyat Palestina dan menciptakan kebingungan di kalangan umat tentang sikap yang seharusnya diambil terhadap Israel.

Penggunaan teknologi oleh Israel, termasuk aplikasi seperti Act.IL dan HasbaraApp, merupakan bagian dari strategi digital yang lebih luas untuk menyebarkan narasi pro-Israel dan mempengaruhi opini publik global. Dengan cara ini, Hasbara berupaya meredam kritik dan mendistorsi fakta, sambil memperkuat narasi bahwa Israel adalah negara yang sah dan beradab, meskipun kenyataannya mereka terus melakukan pelanggaran terhadap kemanusiaan di wilayah Palestina.

 

Dakwah Islam dan Perlawanan terhadap Propaganda Israel

 

Dakwah Islam dalam konteks ini harus menjadi alat untuk melawan propaganda Zionis dan mengedukasi umat tentang realitas konflik Palestina. Dakwah harus menekankan pentingnya menolak normalisasi dengan Israel dan mendukung penuh perjuangan pembebasan Palestina. Edukasi dan penyadaran adalah kunci untuk membangun pemahaman yang benar tentang situasi di Palestina, termasuk sejarah panjang penindasan oleh Zionis dan perlawanan gigih dari rakyat Palestina.

Islam mengajarkan bahwa melawan ketidakadilan adalah kewajiban. Dalam hal ini, umat Islam diingatkan untuk tidak terjebak dalam narasi yang dimanipulasi oleh Hasbara dan tetap waspada terhadap upaya normalisasi yang dapat merusak solidaritas umat. Surah Al-Baqarah ayat 190 menegaskan pentingnya berjihad melawan kezaliman ketika tanah Islam diserang, dan dalam konteks modern, ini berarti menolak segala bentuk kerjasama atau dukungan terhadap Zionis.

Kunjungan tokoh-tokoh NU ke Israel adalah momen penting yang memerlukan refleksi mendalam tentang sikap umat Islam dalam konflik ini. Umat Islam harus tetap teguh menolak segala bentuk normalisasi dengan Zionis dan terus mendukung perjuangan rakyat Palestina. Dakwah harus menjadi alat utama untuk melawan propaganda yang menyesatkan dan memperjuangkan keadilan serta kebenaran. Dengan menjaga kesadaran kolektif dan solidaritas, umat Islam dapat melawan upaya Zionis untuk melegitimasi tindakan mereka dan terus memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina yang tertindas.

 

Wallahua’lam bish-shawwab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *