Melonjaknya Kasus Diabetes Mellitus Pada Anak, Bukti Abainya Negara?
Oleh Dwi FS
(Kontributor Suara Inqilabi)
Sebagai seorang ibu pastinya prihatin dengan berita peningkatan kasus diabetes mellitus pada anak-anak. Melansir dari VOA Indonesia, terjadi peningkatan jumlah penderita diabetes mellitus sebesar 70 kali lipat. Kenaikan ini disinyalir karena efek mengonsumsi makanan yang tidak sehat.https://www.voaindonesia.com/a/idai-1-645-anak-di-indonesia-idap-diabetes-mellitus/6943361.html
Miris. Jangankan anak-anak yang mengidap diabetes, orang dewasa saja sangat memprihatinkan jika mengidap penyakit ini. Apalagi anak-anak yang idealnya memiliki masa depan yang panjang. Memang serba sulit, ketika pemerintah dalam hal ini negara yang kurang perhatian dalam hal menjamin keamanan & kesehatan pangan rakyatnya.
Bagaimana cenderung dikatakan abai? Memang, pemerintah maupun lembaga BPOM telah mengatur, namun aturan ini dikembalikan lagi kepada konsumen dalam memilih untuk mengonsumsi atau tidak. Sejauh ini, BPOM mengatur soal batas maksimal penggunaan pemanis buatan untuk produk pangan olahan melalui Peraturan BPOM Nomor 11 Tahun 2019. Selain itu, aturan soal pelabelan pada kemasan soal kandungan gizi, termasuk gula di dalam pangan olahan juga diatur berdasarkan Peraturan BPOM Nomor 26 Tahun 2021.
Pelabelan maupun deskripsi kandungan bahan yang tertera dalam kemasan produk makanan maupun minuman sangat mungkin diabaikan masyarakat. Kebanyakan masyarakat tanpa pertimbangan panjang kemudian sekedar memutuskan apa yang ada di pasaran, itulah yang umumnya dikonsumsi. Hal ini juga menunjukkan pola makan masyarakat yang kurang sehat.
Untuk urusan perut, memilih makan ini atau itu selain karena paham akan berdampak baik atau buruk bagi kesehatannya, adalah karena kondisi. Kondisi yang terbatas untuk bisa memilih makanan yang terjamin kesehatan maupun kualitasnya. Sayangnya makanan semacam ini butuh merogoh kantong lebih dalam. Lalu bagaimana dengan orang yang kantongnya pas-pasan?
Itu bagi konsumen yang akan membeli. Lantas bagaimana dengan produsen yang tidak bermodal besar. Yang mana banyak kita ketahui di lapangan, produksi makanan minuman di negeri ini tidak hanya berasal dari pabrik besar, tapi dari semacam home industri. Kita sebut sajalah dengan produsen kecil.
Produsen-produsen kecil yang tidak memiliki modal besar dikarenakan faktor kemiskinan yang umumnya terjadi, mereka sekedar memilih bahan baku yang murah. Murah identik dengan rendahnya kualitas bahan. Malah yang lebih mengerikan, ada kasus produksi jajanan dengan bahan baku non-konsumsi.
Belum lagi cara berpikir
“mengeluarkan modal sekecil-kecilnya guna mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya”.
Kita tidak bisa menafikkan ada produsen makanan yang bermindset demikian. Mereka membuat makanan / jajanan / minuman dengan modal kecil, kemudian diatur sedemikian rupa bahan-bahannya tanpa memikirkan amankah untuk dikonsumsi, lalu dipasarkan dan dapatlah keuntungan yang besar.
Memang serba sulit di satu sisi konsumen dihantui was-was dengan keamanan makanan serta sulitnya untuk membeli makanan yang terjamin. Lalu di sisi yang lain produsen dihantui tanggung jawab atas keamanan produk makanan serta penghasilan yang dia dapatkan.
Itulah kenyataan yang ada. Apakah kita nyaman dengan kondisi seperti ini? Secara naluri, kita selektif dalam memilah makanan. Makanan ini akan masuk ke tubuh kita, dicerna lalu oleh tubuh dijadikan energi buat aktivitas sehari-hari. Berarti asupan dalam keseharian haruslah yang baik dan berkualitas. Karena makananan minuman yang kita konsumsi sangat berdampak bagi diri kita.
Dalam pandangan Islam, perkara makanan juga sangat diperhatikan. Islam mengajarkan kita untuk makan makanan yang halal dan thoyyib (baik). Halal sudah dijelaskan dalam al Qur’an mana saja makanan minuman yang halal, yang kita patuhi tanpa kompromi. Thoyyib adalah makanan yang baik, yaitu baik untuk akal dan tubuh kita.
Lalu bagaimana bisa leluasa mengonsumsi makanan minuman yang halal dan thoyyib? Oleh karenanya sangat dibutuhkan peran / campur tangan negara. Dalam sistem islam, negara memandang bahwa makanan minuman yang masuk ke dalam tubuh sangat berdampak bagi warganya. Oleh karenanya negara menjamin keamanan dan kualitas makanan minuman yang beredar di pasaran.
Begitulah bagusnya sistem islam yang benar-benar meriayah rakyatnya dalam segala aspek kehidupan. Baik dalam menjamin kebutuhan pokok manusia ataupun yang lainnya. Misal : sandang pangan papan, pendidikan, kesehatan, keamanan. Termasuk dalam hal menjamin ketersediaannya mulai dari produksi, distribusi dan konsumsi.
Hanya dalam islam semua itu terjamin adanya, tidak seperti sistem kapitalis sekuler hari ini yang standardnya adalah materi dan kemanfaatan, sehingga memunculkan banyak.persoalan di tengah kehidupan. Masihkah berharap dengan sistem hari ini? Tidakkah kita merindukan sistem yang ideal nan shahih yakni sistem terbaik yang berasal dari sang pencipta jagad raya(sistem islam)?
Wallahu a’lam bishshawwab.