KISAH TRAGIS ANAK BUNUH DIRI:
TANDA LEMAHNYA PENGUATAN MENTAL ANAK
Oleh Hamnah
Kontributor Suara Inqilabi
Dilansir dari laman detik.com, seorang anak berinisial SR diduga tewas karena melompat dari lantai 4 sekolahnya. Bunuh diri anak di sepanjang 2023 sudah 10 kejadian. Angka ini 10 persen lebih tinggi ketimbang 2022. Perundungan menjadi faktor dominan alasan bunuh diri anak.
SR (13), siswi Sekolah Dasar Negeri 6 Petukangan Utara, Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan, kehilangan nyawa setelah jatuh dari lantai empat sekolahnya, Selasa (26/9/2023). Ia dinyatakan meninggal dunia ketika dalam perawatan di RSUP Fatmawati, Jakarta Selatan. Pemicu jatuhnya SR masih didalami oleh aparat terkait. Ada dugaan kuat ia bunuh diri.
Kasus ini kemudian turut dikaitkan dengan bunuh diri anak di sepanjang tahun 2023 yang tercatat sudah menyentuh 10 kejadian. Data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia ini menyebutkan, 10 persen lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pembentukan tim khusus sangat diperlukan untuk menekan potensi tersebut.
Kasus yang sama terjadi pada anak berusia 10 tahun yang juga diduga melakukan bunuh diri akibat dilarang bermain hape oleh ibunya sendiri.
Kasus ini harus menjadi perhatian mengingat usia anak yang masih sangat belia. Apalagi menjadi fenomena di tengah masyarakat. Ada banyak hal yang perlu diperhatikan diantaranya apa yang menjadi penyebab sang anak begitu kecanduan terhadap hape hingga begitu berani melakukan aksi bunuh diri, sumber sang anak mengetahui tata cara bunuh diri, dan kondisi mental anak.
Makin banyaknya kasus seperti ini menunjukkan adanya kesalahan dalam tatanan kehidupan terutama dalam ruang keluarga, seharusnya ruang keluarga adalah pondasi kekuatan mental yang paling pertama, sebelum sang anak mengenal dunia luar dan teknologi masa kini yang sulit terbendung.
Selain itu kondisi seperti ini juga dipengaruhi adanya kesalahan dalam lingkungan masyarakat, terlebih negara yang menjadi pengendali yang kuat untuk membendung gencarnya penyebaran teknologi seperti hape yang isinya mampu membuat seseorang nekad melakukan hal apapun.
Untuk merubah dan memperbaiki kondisi dunia pendidikan harus dilakukan pendekatan yang integratif dengan pengubahan paradigma dan pokok-pokok penopang sistem pendidikan. Untuk itu diperlukan Islam sebagai solusi terhadap fakta tersebut.
Beberapa paradigma dasar bagi sistem pendidikan Islam yang mampu menjadi sumber pondasi kuat bagi setiap muslim agar mampu menjadi muslim yang kuat mentalnya, dan berkualitas pendidikannya, yaitu:
1. Pendidikan Islam meletakkan prinsip kurikulum, strategi, dan tujuan pendidikan berdasarkan akidah Islam. Pada aspek ini diharapkan terbentuk SDM terdidik dengan pola berfikir dan pola sikap yang islami.
2. Pendidikan harus diarahkan pada pengembangan keimanan, sehingga melahirkan amal saleh dan ilmu yang bermanfaat. Prinsip ini mengajarkan pula bahwa di dalam Islam yang menjadi pokok perhatian bukanlah kuantitas, tetapi kualitas pendidikan. Perhatikan bagaimana Al Quran mengungkapkan tentang ahsanu amalan atau amalan shalihan (amal yang terbaik atau amal shaleh).
3. Pendidikan ditujukan dalam kaitan untuk membangkitkan dan mengarahkan setiap potensi baik yang ada pada diri setiap manusia agar selaras dengan fitrah manusia dan meminimalisir aspek yang buruknya.
4. Keteladanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu proses pendidikan. Dengan demikian sentral keteladanan yang harus diikuti adalah Rasulullah saw.
Islam memperhatikan tumbuh kembang anak dengan sangat rinci bahkan sedari anak dalam kandungan sang ibu. Mmenjaga kekuatan mental anak sehingga anak mempunyai pondasi mental yang terjaga dan dalam kendali keimanan, serta memberikan pendidikan yang berkualitas, yang setara dan tidak melampaui batas kemampuan anak. Islam memiliki sistem pendidikan yang berbasis akidah Islam yang mampu melahirkan generasi hebat dalam berkarya, kuat iman dan mental sehingga tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif yang merusak kondisinya.
Wallahu’alam bish-shawwab.