Kesenjangan di Dalam Kapitalis Terus Ada

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Kesenjangan di Dalam Kapitalis Terus Ada

 

Agung Andayani

Kontributor Suara Inqilabi

 

Kebanyakan orang jika dilontarkan kata “kesenjangan” yang terlintas didalam pikirannya adalah kesenjangan antara si miskin dan si kaya. Ternyata kesenjangan tidak hanya milik si miskin dan si kaya saja. Namun juga ada kesenjangan antara si pencari kerja dan lapangan pekerjaan.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat data Februari 2023 masih ada 7,99 juta pengangguran di Indonesia. Angka ini 5,45 persen dari total angkatan kerja per tahun sebesar 146,62 juta tenaga kerja. Dari 146,62 juta angkatan kerja tersebut, sebanyak 7,99 juta orang pengangguran dan 138,63 juta orang bekerja. Dari jumlah 138,63 juta orang yang bekerja terdiri dari 92,16 juta orang pekerja penuh, 36,88 juta orang pekerja paruh waktu dan 9,59 juta orang setengah pengangguran.

Sedangkan data BPS pada 2022 menunjukkan terdapat 937.176 orang pencari kerja. Dan jumlah lowongan kerja yang terdaftar pada 2022 tercatat 59.276 lowongan. Total lowongan kerja yang tersedia tersebut ternyata tidak menyentuh seperempat dari total pencari kerja.

Merujuk pada data BPJS tersebut fakta pengangguran terus terjadi. Bahkan semakin besar melebar jarak kesenjangan antara pencari kerja dan lowongan yang tersedia. Persoalan ini tidak hanya sekedar masalah ekonomi semata. Namun ini terkait dengan sistem yang telah diterapkannya. Jadinya yaitu semua kebijakan yang ditetapkan akan merujuk sesuai dengan sistem tersebut. Dan sistem yang diterapkan di negeri ini adalah sistem kapitalis.

Bukanlah rahasia dalam sistem kapitalis, siapapun memiliki modal maka dapat menguasai bahkan dapat menentukan arah kebijakan. Apalagi ditambah banyak para pengusaha yang menjabat menjadi aparatur negara. Yang pasti kebijakannya akan memihak sesuai dengan kepentingan mereka.

Melihat tingginya jumlah pengangguran, secara tidak langsung akan berdampak pada tingginya kemiskinan. Kapitalis untuk mengurangi kemiskinan jalan yang ditempuh bukannya menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup untuk rakyatnya atau menyediakan bahan pokok dengan harga yang terjangkau dan mudah diperoleh. Namun dengan menurunkan kategori kriteria miskin. Jadi seolah-olah jumlah angka kemiskinan berkurang, fakta dilapangan menunjukan tidak ada pengurangan. Hal itu bisa dilihat adanya kasus stanting melonjak, kasus bunuh diri pun ikutan melonjak karena himpitan ekonomi. Inilah buah dari kapitalis.

Wallahu’alam bishshawaab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *