KEMISKINAN TAK KUNJUNG USAI, NEGARA ABAI?

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

KEMISKINAN TAK KUNJUNG USAI, NEGARA ABAI?

 

Oleh Zahra F

(Aliansi Penulis Rindu Islam)

Kemiskinan merupakan masalah yang tak pernah berakhir di negara yang menerapkan sistem kapitalis sekuler, baik dari masa sebelumnya hingga saat ini. Tingkat kemiskinan justru semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Bahkan baru-baru ini, negara hanya berfokus pada pengentasan kemiskinan ekstrem.

Pada September 2022 tercatat sebesar 9,57 persen (26,36 juta orang) atau meningkat: sebesar 0,03 persen poin atau sekitar 0,20 juta orang dibandingkan kondisi Maret 2022. Jokowi sendiri memiliki target ambisius terkait dengan kemiskinan ekstrem. Jokowi menargetkan kemiskinan ekstrem nol pada 2024 (cnbcindoesia.com 28/04/23)

Pemerintah juga sudah melakukan usaha dengan memberikan Program BLT ekstrem 2023 yang ditujukan untuk masyarakat desa yang berstatus miskin ekstrem, yaitu mereka yang memiliki penghasilan di bawah Rp 11.633 per hari atau Rp 20 ribu per hari (intisari.grid.id 28/04/2023).

Dari paparan di atas, kemiskinan yang dianggap negara di luar ekstrem pun tidak diberi harapan untuk berakhir. Padahal, apa pun tingkat kemiskinannya, tetap memerlukan bantuan untuk memenuhi kehidupannya. Dan hal tersebut seharusnya menjadi tanggung jawab negara untuk mengatasi segala bentuk tingkat kemiskinan.

Rakyat sendiri dibuat pusing oleh masalah kemiskinan yang harapannya sangat rendah untuk diatasi. Mereka dipaksa untuk berjuang sendiri memenuhi kebutuhan hidupnya dalam sistem yang jauh dari kata Islami. Sehingga tidak jarang dari mereka yang tidak mampu bertahan dan lebih memilih untuk bunuh diri. Sungguh, sangat menyedihkan hidup di negara yang berjalaan dengan sistem kapitalis ini.

Bagaimana tidak? Kemiskinan sering kali dianggap sebagai salah satu konsekuensi penerapan sistem kapitalisme. Dalam sistem ini, peran negara terbatas hanya sebagai regulator, bukan sebagai penanggung jawab nasib umat. Sebagai akibatnya, sistem global yang diterapkan di negara ini memiliki prioritas yang rendah dalam mengutamakan kesejahteraan rakyat. Dalam hal ini, masalah kemiskinan sering kali tidak dianggap serius oleh pemerintah yang terlihat lebih sibuk mengurus investasi daripada menangani masalah kemiskinan.

Padahal, kemiskinan merupakan salah satu masalah serius yang melanda rakyat saat ini. Dampak negatif dari kemiskinan sangat beragam, seperti kesulitan dalam memenuhi biaya pendidikan yang tinggi, kesulitan membeli bahan makanan yang semakin melonjak harganya, kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai, kesulitan dalam mendapatkan tempat tinggal layak, dan masih banyak dampak negatif lainnya yang timbul akibat kemiskinan.

Apabila kita melihat dan memahami hal ini, terlihat jelas perbedaan yang signifikan dengan kehidupan dalam sistem Islam. Sistem ini diciptakan oleh Tuhan Semesta Alam dan merupakan satu-satunya sistem yang mampu mengatasi kemiskinan hingga ke akarnya melalui penerapan syariatNya.

Rasulullah Saw bersabda:

فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رعيته

“Seorang kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya.” (HR. Muslim)

Dari hadist tersebut bisa dibayangkan bahwa betapa besarnya tanggungjawab seorang pemimpin. Karna ia lah yang akan dimintai pertanggung jawaban terhadap rakyat yang dipimpinnya. karena kesejahteraan umat adalah tanggungjawab seorang pemimpin. Sehingga pemimpin yang amanah dan bertanggungjawab tak mungkin melalaikan tugasnya untuk mengurusi orang yang dipimpinnya. Bahkan pemimpin yang bertaqwa tak akan rela melihat yang dipimpinnya lebih miskin darinya. Sehingga mengingatkanya untuk mementingkan kemaslahatan rakyat yang dipimpinnya.

Sebagaimana yang pernah dicontohkan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz pada masa kepemimpinannya. Kebijakan ekonomi Khalifah Umar bin Abdul Aziz mampu mengentaskan kemiskinan dan memberikan kesejahteraan kepada seluruh warga negara. Hingga tidak ada seorang miskin pun yang membutuhkan subsidi atau zakat pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz.

Hal ini dikarenakan, Islam menjadikan negara sebagai pengurus rakyat dengan berpedoman pada syariat Allah. Islam memiliki banyak mekanisme untuk menjamin kesejahteraan setiap indvidu rakyat. Sehingga masalah kemiskinan pun mudah diatasi di dalam negara yang menerapkan aturan Allah. Dan negara sangat jauh dari kata lalai dalam menjamin kesejahteraan umat.

Oleh karna itu, solusi satu-satunya untuk mengatasi kemiskinan yaitu hanya dengan menerapkan aturan Allah SWT, Sang Maha Pencipta bumi ini. Karna hanya dengan aturan-Nya semua permasalahan kehidupan akan mudah diatasi tanpa menambah atau menimbulkan permasalahan yang baru. Sehingga bumi pun menjadi sejahtera dan penuh berkah.

 

Wallahu a’lam bishshawab.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *