Kemiskinan Problem Sistematik 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Kemiskinan Problem Sistematik 

Oleh Nanis Nursyifa

(Kontributor Suara Inqilabi)

 

Kemiskinan sepertinya menjadi hal yang lumrah terdengar di telinga kita. Tidak perlu mencari fakta diluar kota, di daerah kita masing-masingpun bisa jadi masih banyak keluarga yang terbilang miskin.

Berbagai upaya pemerintah tentunya sudah dilakukan untuk meminimalisir angka kemiskinan tersebut namun hasilnya tidak seperti yang diharapkan, kemiskinan malah semakin bertambah setiap tahunnya.

Terbaru, Pemerintah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menargetkan untuk menurunkan angka kemiskinan di daerahnya 0,24 persen dalam kurun waktu satu tahun ke depan.

“Dibutuhkan keseriusan, ketepatan pengambilan kebijakan, partisipasi dan konsistensi seluruh stakeholder dalam menjalankan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan,” kata Pelaksana Tugas Bupati Bogor, Iwan Setiawan di Cibinong, Bogor, Kamis.

Menurutnya, target tersebut untuk menyempurnakan capaian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2018-2023. Pasalnya, Pemerintah Kabupaten Bogor menargetkan angka kemiskinan berada di angka 7,14 persen pada akhir tahun 2023.

Indonesia merupakan negara yang kaya Sumber Daya Alam (SDA), namun kemiskinan terjadi diberbagai daerah, bahkan terjadi kemiskinan ekstrim. Tentu, hal ini terjadi bukan tanpa sebab, tapi ada kesalahan pengelolaan SDA yang menjadi penyebab nya, dan juga pengelolaan SDA yang diserahkan kepada swasta, baik swasta dalam negeri maupun luar negeri menjadi alasan fatal atas kemiskinan rakyat Indonesia.

Indonesia kaya akan SDA, tapi sedikit yang bisa diolah oleh negara melalui (BUMN). Dari catatan Kementerian BUMN, hanya 20% SDA yang bisa diolah negara.

Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Fajar Harry Sampurno mengatakan, Indonesia punya SDA besar, tapi yang dikuasai BUMN sangat kecil. Terlihat dari data PT Bukit Asam (Persero) Tbk hanya 10%-12% menguasai batu bara dengan produksi 4%

Dari data PT Timah (Persero) Tbk, nikel dan bauksit yang sudah diolah masing-masing sebesar 11% dan 15%.

“Dari data PT Aneka Tambang (Persero) Tbk, emas dan tembaga almost zero. Emas very small. Mau kasih persentase, malu aku,” tuturnya di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (24/11/2017).

Miris rasanya melihat fakta yang ada. Sumberdaya alam kita yang berlimpah ruah tidak bisa kita rasakan hasilnya. “Bak tikus mati di lumbung padi” seperti itulah gambaran Negara kita ini saat ini.

Sebagi sebuah ideologi, Islam memiliki sistem ekonomi yang khas. Termasuk didalamnya ada konsep bagaimana mengelola sumbr daya alam.

Dalam pandangan Islam, sumberdaya alam adalah milik umum yang harus dikelola hanya oleh negara , seperti hutan, air dan energi dimana hasilnya harus dikembalikan lagi kepada rakyat, baik dalam bentuk barang yang murah/terjangkau atau subsidi untuk kebutuhan primer misalnya pendidikan, kesehatan dan fasilitas umum.

Oleh karenanya, konsep Islam dalam pengelolaan sumberdaya alam ini memastikan hasil kekayaan Indonesia kembali kepada rakyat, dan rakyat pun akan merasakan kemakmuran dalam arti sebenarnya.

Wallahu a’lam bishshawwab.

 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *