Kado Pahit Peringatan Hari Ibu

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Kado Pahit Peringatan Hari Ibu

Oleh Santika ( Seorang ibu dan aktivis dakwah)

Peringatan hari ibu acap kali diperingati setiap tanggal 22 Desember setiap tahunnya. Menjadi suatu ajang bagi semua anak didunia ini untuk mengekspresikan rasa kasih sayangnya kepada malaikat tanpa sayap, yang sering disebut ibu. Rupanya moment ini tidak dilewatkan oleh pemerintahan kita yang diwakili oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) yang telah membuat tema di Hari Ibu 2022. Semua dilatarbelakangi dari sejarah yang mencatat bahwasanya kaum ibu adalah tonggak perjuangan dalam kemerdekaan Indonesia. Dimana para ibu telah menyuarakan hak–hak dalam memperjuangkan kesetaraannya.

Tema yang diangkat tahun ini adalah PEREMPUAN BERDAYA INDONESIA MAJU. Selain tema utama, ditetapkan pula sub–sub tema yang mendukung tema utama, diantaranya:

1. Kewirausahaan Perempuan guna Mempercepat Kesetaraan, Mempercepat Pemulihan.

2. Perempuan dan Digital Ekonomi.

3. Perempuan dan Kepemimpinan.

4. Perempuan Terlindungi, Perempuan Berdaya.

Jika kita lihat tema yang diangkat, itu tidak lepas dari dukungan pemerintah yang begitu besar terhadap Pemberdayaan Perempuan dalam bidang Ekonomi, dengan pandangan bahwa perempuan bisa menjadi penopang pemberantas kemiskinan keluarga. Badan Pusat Statistik (BPS) Per Maret 2022 telah mensurvei bahwa Angka kemiskinan di Indonesia mencapai 26, 16 juta orang atau 9,54% dari total penduduk Inronesia. Bukan hanya itu, diharapkan jika kaum perempuan bisa menjadi penopang ekonomi keluarga dan negara secara otomatis telah mempercepat kesetaraan gender. Kaum perempuan telah disejajarkan dengan kaum laki–laki sehingga tidak dianggap rendah dan hasilnya bisa mengurangi kekerasan pada perempuan.

Jika arus pemberdayaan perempuan terus digenjot, walhasil justru kita akan menghancurkan kaum perempuan dan keluarga. Kita akan kehilangan generasi yang Rabbani digantikan oleh generasi liberal dan matrealistis. Itu semua diakibatkan dari hilangnya peran ibu sebagai pendidik pertama (Madrosatun Ulla). Bukannya menjadi solusi atas semua permasalahan justru sejatinya pemberdayaan kaum perempuan adalah bentuk eksploitasi terhadap perempuan itu sendiri. Kaum perempuan khususnya kaum ibu dituntut menjadi penopang ekonomi keluarga dan negara dan tentunya telah keluar dari fitrahnya. Itu semua adalah Pil pahit yang harus ditelan dalam dalam. Bak buah simalakama sistem kapitalis sekularis telah membuat ibu kehilangan arah.

Perempuan dalam Pandangan Islam.

Berbeda dengan sistem Islam, perekonomian adalah tanggung jawab dari suami, wali dan pemerintah. Pemerintah harus bisa menjamin kebutuhan sandang, pangan dan papan termasuk kebutuhan seorang ibu. Bekerja bagi kaum perempun hukumnya adalah mubah, bukan menjadi suatu kewajiban karena berbagai tuntutan keadaan. Kewajiban nafkah ada ditangan para suami, ayah atau kerabat laki – laki jika tidak ada suami atau ayah. Jika semuanya tidak mampu mencari nafkah maka negaralah yang akhirnya bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan kaum perempuan, dengan memberikan santunan setiap bulannya. Dengan demikian kaum perempuan akan lebih fokus terhadap perannya baik sebagai seorang istri dalam mengurusi rumah tangganya dibawah kepemimpinan suami dan Sebagai seorang ibu yang akan mendidik dan menghasilkan generasi yang gemilang. Bukan sebaliknya seperti saat ini menjadi penopang perekonomian. Jikalaupun seorang perempuan bekerja itu hanya semata mata untuk mengamalkan ilmunya tanpa ada kewajiban mencari nafkah, juga tanpa mengabaikan semua peran utamanya.

Hanya Sistem Islamlah yang bisa memuliakan kaum perempuan Dan memuliakan kaum ibu di dunia ini. Bukan di sistem Kapitalis sekularis yang telah terbukti justru menyengsarakan kaum perempuan terutama ibu.

Wallahu’alam bishaawwab.

 

 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *