Cerdas dalam Berkonten Viral

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Cerdas dalam Berkonten Viral

Sendy Novita.Pd

(Praktisi Pendidikan dan pemerhati remaja)

“Orang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati.” (HR at-Tirmidzi). Kata mutiara ini sepertinya layak untuk kita renungkan. Bagaimana tidak, kemajuan jaman yang berkembang pesat mampu menyeret manusia untuk bertindak di luar nalar ketika tak cukup bijaksana dalam penggunaannya.

Perkembangan tekhnologi dalam media sosial memang tidak salah hanya saja bagaikan pisau bermata dua memang pantas kita sematkan. Banyak manfaat yang didapat dengan perkembangan tekhnologi tapi tak menutup kemungkinan banyak pula mudharat yang mengancam.

Seperti kejadian viral beberapa waktu yang lalu. Seorang perempuan di Leuwiliang, Kabupaten Bogor ditemukan tewas dengan kondisi leher menggantung di sebuah tali, saat membuat konten candaan gantung diri di hadapan teman-temannya via video call, (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230303165021-20-920487/coba-coba-konten-gantung-diri-perempuan-di-bogor-tewas-terlilit-kain). Jauh sebelumnya, Juni 2022 korban berjatuhan di beberapa daerah akibat konten yang tidak logis oleh beberapa anak muda yang viral dengan “Challenge Malaikat Maut”.

Era tekhnologi membuat masyarakat mampu bersosialisasi tanpa batas dan banyak menghabiskan sebagian waktu di dunia maya melalui media sosial. Berbagai platform media sosial harusnya tidak menjadi masalah ketika proporsional dalam penggunaannya. Terlebih ketika penggunaan media sosial adalah dengan tujuan untuk mendapatkan uang maka konten yang disajikan haruslah dilihat oleh banyak orang atau yang disebut viral. Sayangnya konten yang disajikan adalah konten-konten yang kurang bermanfaat. Konten prank, challenge, tata rias yang diperankan oleh pria, flexing (pamer kekayaan) dan konten aneh lainnya justru lebih banyak digemari.

Hari ini, eksistensi diri menjadi sesuatu hal yang penting untuk ditampakkan. Didukung dengan kemajuan media yang membuatnya menjadi lebih mudah, bahkan dengan cara yang membahayakan jiwa dan berlagak kaya.

Seorang manusia yang bertakwa dan berorientasi hanya menginginkan ridha Allah SWT di atas segalanya, tentu akan berpikir panjang dalam membuat konten. Bukan konten yang hanya sekedar viral dan merugikan banyak pihak tetapi konten yang mendidik dan mengajak pada kebaikan dan ketaatan. Dengan prinsip tersebut, maka bisa dipastikan konten yang diunggah adalah konten yang dihalalkan oleh agama sekaligus penuh manfaat.

Tak ada salahnya membuat konten ketika para kreator konten mampu mengemas secara menarik agar dimintai oleh penonton dengan tetap memperhatikan batasan agama yang tidak dilanggar. Dalam hal ini tentu saja agama memberikan wewenang kepada negara agar bertindak tegas jika ada konten kreator yang bertentangan. Karena fungsi negara adalah untuk meriayah dan mengatur urusan rakyatnya sehingga masyarakat akan cerdas dalam berkreasi dengan konten yang bermanfaat.

Wallahu a’lam bishshawwab.

 

Note : Penulis adalah ibu rumah tangga dan pendidik di sekolah swasta di Kabupaten Blora. Saat ini menempuh pendidikan S2 di Unitomo untuk menambah kajian ilmu.

 

 

 

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *