Tradisi Ramadan Ala Kapitalis

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tradisi Ramadan Ala Kapitalis

Agung Andayani

(Kontributor Suara Inqilabi)

Telah menjadi kebiasaan selama bertahun-tahun setiap mendekati bulan suci Ramadan, harga-harga pangan kebutuhan pokok pada melambung naik. Karena terus berulang setiap tahunnya, maka menjadi suatu tradisi. Namun, yang membuat aneh adalah sikap pemerintah seperti biasa-biasa saja. Tidak ada mengambil kebijakan dan antisipasi bagaimana supaya lonjakan harga jelang Ramadan tidak terulang kembali.

Dari pihak pemerintah mengeklaim sudah membuat kebijakan. Sedangkan dilihat dari versi rakyat dan rakyat melihat hasilnya dilapangan faktanya harga pangan masih naik. Jadi wajar kalau masyarakat memandang sebelah mata kebijangan penguasa.

Di pasar, seperti harga minyak goreng misalnya. Minyak goreng kemasan sederhana naik ke Rp18.000 per liter. Harga cabai rawit merah sudah tembus Rp65.000 per kg. Harga daging sapi murni naik ke Rp135.550 per kg. Harga daging ayam ras naik ke Rp33.660 per kg dan harga telur ayam ras naik ke Rp28.000 per kg. Dilansir oleh, (cnbcindonesia.com, 10/03/2023).

Akibat kenaikan harga pangan rakyat semakin kesusahan dalam mendapatkan bahan kebutuhan pokoknya. Jumlah rakyat miskin pun bertambah membuat stunting pada balita beranjak naik. Namun, yang dijadikan kambing hitamnya malah ibu-ibu pengajian. Tentu ini tidak tepat.

Fenomena yang terus berulang terjadi ini, menunjukkan kegagalan negara dalam menjaga stabilitas harga dan menyediakan pasokan yang cukup sesuai dengan kebutuhan rakyatnya. Seharusnya yang dilakukan negara adalah mengupayakan antisipasif agar tidak ada gejolak harga pangan dan rakyat pun mudah mendapatkan kebutuhannya dengan harga yang relatif terjangkau. Di sisi lain masih dijumpai adanya pihak yang bermain curang memanfaatkan situasi dengan cara menimbun atau memonopoli perdagangan barang-barang tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

Hasilnya rakyat tambah tercekik, yang miskin semakin miskin. Inilah cermin tradisi ala kapitalis. Negara hanya berperan sebagai regulator. Dan rakyat dianggap sebagai mitra dagang. Dimana rakyat dianggap sebagai sumber market untuk meraih keuntungan. Maka kita lihat bahwa segala sesuatunya dikapitalisasi.

 

Wallahu a’lam bishshawab

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *