Refleksi Akhir Tahun, Probolinggo: Sebuah Perjalanan Melanjutkan Perjuangan Rasulullah

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

PROBOLINGGOSuaraInqilabi– Setahun terakhir, rakyat indonesia dibombardir beragam masalah yang sampai kini belum ketemu solusinya. Seperti 7 juta orang yang menganggur, 22 juta orang kelaparan, hutang negara semakin membengkak sampai naiknya iuran BPJS sampai 100 persen.

Hal tersebut terungkap dalam Kajian Muslimah Kota Probolinggo yang kali ini mengambil tema “Refleksi Akhir Tahun: Sebuah Perjalanan Melanjutkan Perjuangan Rasulullah.

Bertempat di Masjid Zainul Falah, Gang Meranggi, Kebonsari Kulon Kota Probolinggo, Kajian Muslimah ini dihadiri oleh puluhan orang. Pemateri adalah Ustadzah Tutut Wuryandari yang merupakan pemerhati pendidikan.

Dalam ulasannya, Ustadzah Tutut menyebut, apa yang terjadi di Indonesia merupakan musibah. “Musibah ini ada dua penyebabnya. Berasal dari alam yang mana tidak bisa kita tolak. Kedua, akibat dari ulah manusia. Dan yang terjadi di Indonesia paling banyak merupakan ulah manusia,” jelasnya.

Menurut Ustadzah Tutut sejumlah besar kebijakan malah terkesan menganaktirikan warga miskin. Namun malah memberi keuntungan pada warga yang lebih kaya.

Sayangnya, meski kondisi Indonesia semakin terpuruk di semua aspek namun suara perubahan malah dibungkam. “Malah yang ada protes terhadap kebijakan disebut radikal. Isu radikal dibawa ke mana-mana termasuk cara berpakaian dan sistem Pendidikan Anak Usia Dini yang dikhawatirkan tersusupi radikalisme,” jelasnya.

Padahal, menurut Ustadzah Tutut untuk mencegah musibah akibat sikap manusia, dibutuhkan tindakan amar ma’ruf nahi munkar yang dilakukan negara. “Ditambah kepastian hukum, maka semua musibah itu tidak akan terulang,” ujarnya.

Sementara itu, salah satu peserta, Wulandari bertanya perihal apa yang dimaksud dengan melanjutkan perjuangan Rasulullah di era modern ini di Indonesia.

Ustadzah Tutut pun menjawab jika satu hal yang bisa kita lakukan adalah meneladani dakwah Rasulullah dalam mengelola negara. “Pertama haris melihat dulu dakwah dan cara Rasul dalam mengelola negara dulu bagaimana. Lalu diterapkan. Saya yakin jika kita menerapkan hal itu maka amar ma’ruf nahi mungkar akan mudah dilakukan. Sementara di tararan individu, bisa dengan selalu mencari hukum perbuatan sebelum kita melakukan perbuatan itu sendiri,” pungkasnya.

Acara kajian ini diakhiri dengan doa dan pembagian doorprize bagi peserta yang pertama kali datang. (mpr/kmp)

Reporter : Rifqi Riva Amalia

Photo Agenda:

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *