Peneliti Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS), Dr. Nirwan Syafrin menganggap bahwa membatasi peserta didik soal materi khilafah dan jihad di tingkat madrasah adalah langkah yang keliru.
Ia menegaskan bahwa anak zaman sekarang bisa mencari informasi lewat internet.
“Kita ini sekarang hidup dalam era digital, kalau mereka hapus dari buku teks, orang bisa mengakses dari internet ada ceramah dari youtube. Dari belahan dunia bahkan bisa diakses,” katanya saat dihubungi Kiblat.net pada Rabu (11/12/2019).
Menurutnya, ketika materi ini dibatasi justru generasi muda semakin penasaran. Akhirnya, mereka mencari informasi di internet tanpa ada bimbingan dari orang yang berkompeten. Maka, Dr. Nirwan menilai akan berbahaya jika materi khilafah dan jihad tidak diajarkan di madrasah.
“Nanti dicari kata khilafah, apa itu khilafah, lalu nonton di youtube. Ternyata yang didengakan mereka jauh lebih menyimpang daripada yang di buku. Kalau seperti ini kan justru semakin bahaya,” ujarnya.
“Dan kita sudah mendengar beberapa kasus pelaku pemboman mereka belajar bom dari youtube. Mereka ada gurunya tapi dunia maya, bisa jauh lebih liar,” jelasnya.
Oleh sebab itu, ia mempertanyakan apa dasarnya sehingga muncul kebijakan itu. Lebih baik, kata dia, tokoh-tokoh agama, ormas islam diundang untuk mendiskusikan sejauh mana materi khilafah dan jihad yang diajarkan di madrasah menjadi bibit radikalisme. [] Sumber: Kiblat