Multaqa Ulama Aswaja Pasuruan Jatim, Keberadaan Khilafah Islam Sangat Dibutuhkan

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Alhamdulillah telah terselenggara acara Multaqa Ulama Aswaja Pasuruan di Musholla Baitus Silmi Sumbersuko, Purwosari, Pasuruan, Ahad (08/12/2019).

Acara dimulai pukul 19.30 WIB. Pembukaan acara dipandu oleh Ustad Syukron Hadi selaku pembawa acara.

Shohibul Fadhilah Al Mukarrom Kiyai Ahmad Sukirno dalam sambutannya selaku shohibul bait menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh Ulama, kiyai, Ustadz, tokoh masyarakat serta para jamaah yang hadir pada acara ini.

Shohibul Fadhilah al mukarrom Ustadz Fuadz Sya’ban menyampaikan tentang cinta kepada Nabi. Cinta setidaknya memiliki dua ciri-ciri, yakni yang pertama cinta itu ada rasa memiliki dan yang kedua memberi nilai lebih terhadap yang dicintai.

Mencintai Nabi artinya merasa memiliki Nabi. Merasa memiliki sunnah Nabi, syariat Nabi dan segala sesuatu yang dibawa oleh Nabi. Merasa memiliki ditunjukkan dengan sikap menjaga dan melindungi. Tidak membiarkan atau menelantarkan.

“Maka pecinta Nabi akan selalu menjaga dan melindungi segala hal yang dibawa oleh Nabi. Pecinta Nabi tidak akan pernah membiarkan atau menelantarkan sunnahnya. Apalagi merendahkan atau mencela. Tentu tidak akan pernah” pungkasnya.

Ciri-ciri kedua yaitu memberi nilai lebih terhadap apa yang di cintainya. Ibarat seorang mencintai ibunya maka ia menganggap ibunya lebih dari ibu-ibu yang lain. Cinta kepada Rasul juga demikian. Mencintai Rasul artinya melebihkan Rasul daripada manusia-manusia yang lain.

Maka apabila ada yang menyamakan Rasul dengan manusia biasa ia hakikatnya tidak lagi mencintai Rasul. Karena ia tidak melebihkan beliau.

Kemudian pembicara kedua shohibul fadhilah al mukarrom Ustadz Abd. Honi menjabarkan tentang cinta Rasul harus cinta syariah. Bahwa mencintai Rasul adalah mencintai syariah yang dibawanya. Baik syariah untuk hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan Allah maupun hubungan manusia dengan sesamanya.

Orang yang mencintai Rasul tidak akan memilah-milah syariah. Ia akan ambil semua warisan Rasul. Semata-mata karena mencintai beliau.

Pembicara ketiga shohibul fadhilah al mukarrom ustadz Tauhid mengulas tentang surat al Humazah yaitu tentang pengumpat dan pencela.

Allah SWT berfirman:

وَيْلٌ لِّـكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍ
“Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela,” (QS. Al-Humazah 104: Ayat 1)

Beliau menjelaskan bahwa pengumpat dan pencela yang dimaksud di ayat tersebut adalah para pencela nabi. Kata ويل yakni celaka diperuntukan kepada penista nabi. Orang yang menista nabi kelak akan di balas dengan siksa neraka. Yaitu siksa akhirat yang amat sangat pedih.

Beliau juga menambahkan “Semua penistaan agama yang terjadi hari ini karena umat islam tidak memiliki institusi negara, tidak memiliki amirul mu’miniin. Makanya institusi (khilafah) islam keberadaannya sangat penting dan sangat dibutuhkan saat ini. Dengan khilafah kehormatan islam dan kaum muslim pasti terjaga. Dan dengan khilafah segala problematika umat teratasi”

Acara ditutup dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh Kyai Ahmad Sukirno pada pukul 21.30, acara berjalan dengan penuh keakraban dan kekeluargaan.

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *