Komnas HAM Lanjutkan Investigasi Kerusuhan Wamena

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

JAKARTA – Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) bakal melanjutkan investigasi terkait kerusuhan yang terjadi di Wamena, Papua, 23 September 2019 lalu. Mereka berharap menemukan titik terang kejadian itu.

Komnas HAM bersepakat melanjutkan kembali investigasi Wamena ini.Tidak hanya berhenti setelah kami datang ke sana lagi, kata komisioner Komnas HAM, Beka Ulung Hapsara, di Jakarta, Jumat (18/10).

Komnas HAM telah melakukan kunjungan ke Papua selama beberapa hari, yakni pada 13 hingga 17 Oktober 2019 untuk menelusuri persoalan sebenarnya yang terjadi, termasuk situasi terkini. Apalagi, dari hasil kunjungan tersebut, didapatkan informasi tambahan bahwa ada 10 orang yang diduga meninggal dalam peristiwa tetapi luput dalam pen dataan korban jiwa.

“Ini masih harus diinvestigasi, dicari lagi kebenarannya karena 10 orang itu dugaannya tertembak te tapi langsung dibawa pulang oleh saudaranya ke kampung,” katanya.

Beka mengakui tidak mudah mengklarifikasi dan memvalidasi kebenaran adanya 10 korban tewas di luar 33 korban tewas yang selama ini telah dilansir. Kami akan tetap terus memantau dan menginvestigasi sampai peristiwa di Wamena benar-benar terang benderang, katanya.

Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik membenarkan adanya informasi tambahan 10 korban tewas akibat kerusuh an di Wamena. Dari informasi yang didapatkan Komnas HAM, kata dia, 10 korban itu tidak sempat dibawa ke rumah- rumah sakit, tetapi langsung dibawa ke kampung halaman untuk dikebumikan oleh keluarganya.

“Semua orang tahunya 31 plus dua orang yang meninggal. Kita dapatkan tambahan data ada 10 orang lagi. Tetapi, tentu saja belum 100 persen terkonfirmasi,” kata Ahmad.

Ia menambahkan, Komnas HAM pun kesulitan untuk mengecek dalam waktu dekat karena faktor keamanan dan kondisi medan menuju lokasi yang relatif susah diakses. “Kalau di-cross-check minggu ini memang agak repot karena letaknya di gunung-gunung itu. Kan harus ada persiapan-persiapan tertentu,” katanya.

Namun, ia memastikan sudah menyampaikan informasi korban tam-bahan itu kepada Pangdam Cendera wasih, Kapolda Papua, kapolres, dan dandim untuk menelusuri kebenarannya. Sementara itu, untuk kondisi terkini di Wamena, sekitar 500 warga yang menjadi korban kerusuhan hingga kini masih mengungsi di sejumlah penampungan.

Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw mengakui masih banyak warga mengungsi akibat rumah mereka di bakar saat kerusuhan. “Memang benar rata-rata warga yang masih berada di pengungsian adalah mereka yang saat ini tidak lagi memiliki tempat tinggal,” katanya.

Ia menjelaskan, para pengungsi ada yang ditampung di rumah warga, tetapi ada juga yang ditampung di sejumlah pengungsian seperti rumah ibadah dan instansi militer. Dia mengaku belum bisa memastikan sampai kapan mereka berada di pengungsian. Namun, menurut dia, Gubernur Papua Lukas Enembe beberapa waktu lalu menyatakan akan membangun permukiman sementara di lokasi warga yang terbakar. Namun, hal tersebut hingga kini belum terealisasi.

Ketika ditanya tentang situasi keaman an di Wamena dan sekitarnya, Kapolda mengklaim sudah berangsur kondusif. Namun, Waterpauw mengakui aparat keamanan TNI-Polri saat ini masih disiagakan di sejumlah wilayah yang dianggap rawan antara lain Wamena, Sentani, Jayapura, dan Timika. Bahkan, di Wamena saat ini tergelar sekitar 1.500 personel karena harus mengamankan berbagai wilayah di pegunungan tengah.

Masih banyaknya warga yang mengungsi ini juga berakibat pada aktivitas belajar-mengajar di sekolah. Dinas Pendidikan (Disdik) Jayawijaya, Papua, mengklaim baru sekitar 30 persen pelajar di Wamena yang kembali bersekolah sejak kegiatan belajar-mengajar kembali dilaksanakan.

“Baru sekitar 30 pelajar yang belajar dan kegiatan belajar-mengajar juga belum berlangsung optimal. Banyak pelajar yang masih mengungsi, termasuk keluar Wamena mengikuti orang tua mereka,” kata Sekretaris Dinas Pendidikan Jayawijaya Bambang Budi Handoyo.

Padahal, aktivitas sekolah sudah berlangsung sejak Senin (7/10). Selain pelajar, banyak juga guru yang mengungsi ke kampung halamannya dan belum kembali ke Wamena. “Kami akan melakukan pendataan mulai Senin (21/10) melalui kepala-kepala sekolah guna memastikan keberadaan guru-guru tersebut,” kata dia. (antara ed: agus raharjo) [Republika]

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *