Bukan sekedar besarnya Jumlah Pasukan, Tetapi Dorongan Kekuatan Keimanan yang memenangkan Umat Islam
Gresik- Suara Inqilabi- 15 Januari 2020. Pekikan Takbir menggema di seluruh penjuru ruangan ketika mendengar lantunan narasi dari Ust. Abdul latif, S.PD.I tentang peristiwa penakhlukan kota konstantinopel. Sehingga menggetarkan hati para jama’ah yang hadir dalam acara pengajian rutin Majelis Taklim As Salam.
Para hadirin seakan diajak meresapi peristiwa terpenting dalam sejarah kaum muslim yakni perjuangan penakhlukan Kota Konstantinopel oleh pasukan kaum muslim yang dipimpin langsung oleh Sultan Muhammad AL Fatih di masa kekhilafahan Usmaniyah. Tepat pada jam 1.00 dini hari, hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M. Sehingga tergugah hatinya dan bergelora jiwanya untuk menjadi para mujahid sebagaimana pasukan yang dipimpin oleh Sultan Muhammad Al Fatih.
Dalam narasinya Ust. Abdul Latif, S.Pd.I menyampaikan bahwa bukan hanya sekedar jumlah pasukan yang besar yang dibutuhkan dalam penakhlukan kota konstantinopel, tetapi kuatnya tekad dan kokohnya keimanan dalam meyakini bisyaroh Rasul Muhammad SAW serta janji Allah SWT untuk memenangkan setiap Jihad yang dilakukan oleh kaum muslimin.
Seperti tertulis dalam sejarah bahwa kota Konstantinopel memiliki benteng pertahanan yang tidak tertembus yang dibangun pada tahun 330 M oleh Kaisar Theodosius. Konstantinopel merupakan kota terbesar dan benteng terkuat di dunia saat itu.
Kota ini dikelilingi lautan dari tiga sisi sekaligus, yaitu selat Bosphorus, Laut Marmara dan Selat Tanduk Emas (Golden Horn Straits) yang dijaga dengan rantai yang sangat besar, hingga tidak memungkinkan untuk masuknya kapal musuh ke dalamnya. Pentingnya posisi Konstantinopel ini digambarkan oleh Napoleon dengan kata-kata “…..kalaulah dunia ini sebuah negara, maka Konstantinopel inilah yang paling layak menjadi ibukota negaranya!”.
Syaikh Aaq Syamsuddin yang begitu kuat menanamkan syakhsiyah Islam dan membentuk mental penakhluk pada diri Mumammad al-Fatih. Selalu dibekali dengan cerita dan kisah para penakluk, kisah syahid dan mulianya para mujahid, dan selalu mengingatkan Muhammad II tentang bisyarah rasulullah dan janji Allah SWT, hingga menjadikan seorang anak kecil bernama Muhammad II memiliki mental seorang penakluk.
Di akhir narasinya Ut. Abdul Latif S.Pd mengajak seluruh jamaah hadir dari Majelis Taklim As Salam yang diasuh oleh Kyai Abdul Aziz, untuk menjadi penakhluk kota Roma. Dan untuk menjadi penakhluk kota Roma dibutuhkan adanya institusi yang menyatukan dan menaungi kaum muslimin yakni daulah Khilafah Islamiyah. Dan ditutup dengan membacakan Bisyarah Rasul SAW :