DR Rizal Ramli: Jokowi Harus Rombak Manajemen Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Jakarta – Suarainqilabi-  Ekonom senior DR Rizal Ramli mengusulkan agar Presiden Joko Widodo (Jokowi) merombak manajemen Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Karena dianggap gagal dalam menjalankan fungsi pengawas industri keuangan sehingga muncul skandal Jiwasrayagate.

“Yang paling bertanggung jawab dan kompeten dalam menyelesaikan masalah Jiwasraya ini adalah OJK. Tapi, sampai saat ini belum kendengeran bagaimana konsepnya? Ya mungkin karena memang tidak mampu (menyelesaikan). Saya minta Presiden Jokowi ganti saja manajemen OJK,” tegas Rizal dalam sebuah acara talkshow di sebuah stasiun televisi nasional, Jakarta, Selasa (7/1/2020).

Dirinya juga menyoroti maraknya financial technologi (fintech) ilegal yang kerap menipu serta menyengsarakan konsumen Indonesia. Lantaran menawarkan kredit dengan bunga mencekik serta menerapkan pola penagihan kredit yang kurang manusiawi. “Bunga pinjamannya 1 persen per hari. Kalau tidak bayar cicilan dipermalukan. Lalu di mana pengawasan OJK kok sampai marak fintech-fintech abal-abal itu,” paparnya.

Padahal, lanjut mantan Menko Kemaritiman ini, mengawasi fintech sangat sederhana. Karena sudah ada big data analisis. Sehingga adanya integrasi data membuat mudah kontrol. “Pak Jokowi harus berani ganti manajemen OJK. Ini sekarang (OJK) malah mau bangun kantor baru yang mahal sekali,” ungkap RR, sapaan akrab Rizal Ramli.

Terkait mega skandal Jiwasrayagate yang menurut Kejaksaan Agung mengandung potensi kerugian negara hingga Rp13,7 triliun, menurut Rizal, harus diungkap sampai aktor intelektualnya. “Kalau tertangkap hukum seberat-beratnya. Sita seluruh asetnya, kalau perlu suruh teken personal garansi hingga tiga turunan. Agar bisa menimbulkan efek jera,” ungkapnya.

Mantan Menko Ekuin era Presiden Abdurrahman Wahid ini, meyakini, skandal Jiwasrayagate lantaran serampangan dalam mengelola dana nasabah. Di mana, manajemen Jiwasraya lama membelanjakan dana nasabah untuk saham abal-abal. “Ya kalau mau diinvestasikan pilih saham yang bluechip, ada LQ45 atau LQ20. Bukan malah beli saham abal-abal. Jelas ini bukan tidak tahu, bisa jadi memang sarat permainan,” pungkasnya. [ipe/ik]

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *