Cemas Generasi Emas, Ganti Menteri Ganti Kurikulum
Oleh : Noviyuliyanti
Isu perubahan kurikulum mengemuka setelah Mendikdasmen menyatakan bahwa akan menerapkan deep learning. Deep learning dinyatakan bukan sebagai kurikulum tapi kemungkinan akan diterapkan di tahun ajaran baru. Sudah jadi tradisi, bergantinya menteri ganti pula kebijakan atau kurikulum khususnya didunia pendidikan negeri ini.
Abdul Mu’ti mengungkapkan, istilah deep learning atau pembelajaran mendalam adalah pendekatan belajar untuk meningkatkan kapasitas siswa. Namun, dia membantah deep learning dianggap sebagai sebuah kurikulum pendidikan. “Deep learning itu bukan kurikulum. Itu pendekatan belajar,” ujarnya usai acara “Pak Menteri Ngariung” di halaman Kantor Badan Bahasa, Jakarta, diberitakan Antara, Sabru (9/11/2024). Mu’ti menegaskan, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) kini masih mengkaji kurikulum pendidikan yang akan diterapkan di Indonesia. Meski begitu, dia memastikan Kemendikdasmen belum memutuskan untuk mengganti Kurikulum Merdeka Belajar yang diterapkan pada masa jabatan Mendikbudristek Nadiem Makarim. (Kompas.com, 13/11/24).
Kurikulum Merdeka akan diganti menjadi Kurikulum Deep Learning seiring usulan Menteri Pendidikan yang baru. Kurikulum Deep Learning adalah sistem pembelajaran yang didesain untuk menguatkan pemahaman siswa melalui pendekatan lebih dalam. Tujuannya adalah memberikan pengalaman belajar lebih bermakna sekaligus menyenangkan bagi siswa. Hal ini didukung oleh tiga pilar utama dalam Kurikulum Deep Learning, yaitu Mindful Learning, Meaningful Learning, dan Joyfull Learning. (kumparan.com, 13/11/24).
Seringnya perubahan pada kebijakan kurikulum pendidikan di negeri ini menyatakan bahwa belum mampunya mewujudkan manusia seutuhnya. Ganti menteri ganti kurikulum, kurikulum yang satu belum diterapkan dengan sempurna sudah diganti lagi. Hal ini hanya membuat tenaga pendidik dan peserta didik menjadi bingung bahkan tidak fokus pada pendidikan karena metode pembelajarannya berubah-ubah. Tidak ada visi dan misi yang jelas selama berganti-gantinya kurikulum ini. Apa mungkin ini hanya demi menyesuaikan dengan tuntunan global atau dunia industri?
Dunia pendidikan negeri kita ini sudah harap-harap cemas. Bagaimana tidak? Peserta didik saat ini seakan hilang semangat untuk menuntut ilmu. Tidak sedikit peserta didik negeri ini yang tidak bermoral bahkan tidak beradab pada guru. Sudahlah tidak ada semangat menuntut ilmu, peserta didik terpapar pergaulan sekuler akibat dari sistem yang menjauhkan agama dari kehidupannya.
Sudah banyak beredar di sosial media dimana peserta didik tingkat SMP belum bisa membaca, tidak bisa perkalian dan pembagian, dan peserta didik yang melakukan adegan dewasa tidak sesuai dengan usianya. Inikah bibit generasi emas 2045 itu? Menyedihkan! Lagi, sistem sekuler yang saat ini diterapkan dan berganti-ganti kurikulum telah gagal membuat bibit generasi emas 2045.
Dalam hadist Riwayat Ibnu Majah no.224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu’anhu
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim”
Menuntut ilmu wajib atas setiap muslim, ini berarti bagi siapapun yang di amanahkan sebagai pemimpin suatu negeri sudah seharusnya memiliki kewajiban dalam memenuhi hak masyarakat dalam memperoleh pendidikan. Pemimpin suatu negeri wajib memenuhi sandang, pangan, papan, pendidikan, layanan kesehatan dan keamanan bagi masyarakatnya. Dengan sistem kapitalis sekuler saat ini sangat sulit diterapkan karena tidak akan ada orang secara individu bisa mengambil keuntungan tersebut.
Sistem Islam pasti mampu melahirkan generasi emas. Dari sejarahnya, selama 1300 tahun kurang lebih telah mencetak dan melahirkan cendikiawan-cendikiawan muslim yang cemerlang. Penemuannya telah memberi manfaat pada kita sampai detik ini masih bisa kita rasakan. Tentu dengan sistem Islam, pendidikan pasti tidak akan melepaskan agama dari kehidupan. Dengan sistem Islam, dunia pendidikan akan dijauhi dari pengaruh-pengaruh sekuler. Khalifah akan membuat sistem yang akan menyaring sumber-sumber informasi dari luar. Peserta didik akan lebih beradab pada guru dan tak ada lagi peserta didik yang tidak merasakan bangku sekolah karena Khalifah akan menyediakan semuanya sebagai kewajiban dalam melayani umat.
Begitulah sedikit gambaran dunia pendidikan dengan sistem Islam. Syariat Allah turunkan karena sebenarnya manusia mampu melakukannya tapi manusia memilih untuk enggan melaksanakan. Bahkan sukarela menggunakan aturan manusia yang tidak bisa dibandingan dengan syariat Allah yang sempurna dan mendatangkan Rahmat bagi semesta. Semoga khilafah segera hadir sehingga kita bisa menjalankan syariat-Nya dengan mudah. Aamiin Ya Rabbal ‘alamin.
Wallahu ‘alam bishawab.