Serangan Bengis Kaum Zionis, Persatuan Umat Terkikis Habis
Oleh: Irma Faryanti
Pegiat Literasi
Serangan bangsa Zionis ke Lebanon beberapa waktu lalu telah memporak-porandakan negeri itu. Lebih dari 12 ledakan terjadi di daerah Dahiyeh, bangsa yahudi terus meluncurkan roketnya ke ibukota negri Rafic Hariri, Beirut. Peristiwa itu menghancurkan tujuh bangunan di pinggiran Haret Hreik hingga menjadi puing-puing.
Para pejabat militer Yahudi menganggap serangan itu adalah tepat sasaran, mereka telah lama menargetkan markas besar pusat Hizbullah yang dibangun di bawah bangunan tempat mereka tinggal. Media mereka melaporkan bahwa pemimpin kelompok tersebut yaitu Hassan Nasrallah tengah berada di sana. Sehingga tempat itu diserang dengan bom penghancur bunker. Saat aksi keji itu terjadi, sang Perdana Menteri, Benjamin Netanyahu tengah berada di New York untuk menghadiri Sidang Majelis Umum PBB, dalam forum itu ia berjanji akan terus melanjutkan serangannya. (CNBC Indonesia, 28 September 2024)
Lebih lanjut Benjamin menyatakan bahwa negaranya tidak punya pilihan lain, ketika Hizbullah memilih jalan perang maka pihaknya merasa memiliki wewenang penuh untuk menghilangkan ancaman tersebut dan mengembalikan warga ke rumahnya masing-masing dengan aman. Di sisi lain, Perdana Menteri Lebanon yang saat itu berada di forum yang sama menegaskan bahwa musuh negara Yahudi tersebut tidak peduli dengan upaya internasional dan menyerukan gencatan senjata.
Peristiwa itu telah menelan korban jiwa. Firas Abiad selaku Menteri Kesehatan Lebanon melaporkan jumlah yang tewas sejak tanggal 16 September 2024 tercatat 1.030 orang dan 6.352 lainnya luka-luka. Pasukan Yahudi mengatakan bahwa mereka telah menyerang lokasi militer di Lebanon yang digunakan untuk menembakkan roket. Sementara pihak Hizbullah pun mengklaim telah menembakkan roket ke beberapa wilayah di Israel Utara. Pasca kejadian, ribuan keluarga telah meninggalkan Lebanon Selatan untuk mengungsi ke Suriah.
Hisham Bawadi selaku kepala perawat di Pusat Medis Amerika Beirut mengatakan bahwa pada saat itu ia melihat gelombang besar pasien yang umumnya adalah warga sipil. Korban memerlukan perawatan yang rumit sehingga membuat mereka kewalahan. Kementerian kesehatan Lebanon mengeluarkan pernyataan yang meminta semua rumah sakit di wilayah selatan untuk membatalkan operasi yang tidak mendesak dan bersiap menghadapi korban luka yang dibawa ke unit gawat darurat.
Serangan keji yang memakan banyak korban ini dilakukan kaum zionis dengan tiga tujuan, yaitu: melemahkan kemampuan hizbullah dalam menembakkan roket ke perbatasan Lebanon-israel, memukul mundur para pejuang dan menghancurkan infrastruktur yang dibangun oleh pasukan elite yang bisa digunakan untuk menyerang negara yahudi.
Tindakan keji zionis ini mendapat dukungan penuh dari Amerika Serikat. Melalui serangannya AS ingin mengalihkan fokus Hizbullah dari pertempuran dan jihad untuk membebaskan Palestina, menjadi sebatas dukungan dalam bentuk yang tidak dapat mengakhiri pendudukan Yahudi. Alhasil, konflik pun tidak kunjung selesai, para penjajah semakin leluasa membunuh, menghancurkan dan menangkap warga muslim.
Sementara Hizbullah sendiri tidak mampu menandingi serangan Yahudi karena posisinya bukan sebagai negara, melainkan sekedar milisi. Sumber daya yang dimiliki pun tidak sebesar AS dan zionis. Di sisi lain, negeri-negeri Islam lainnya tidak berupaya untuk melakukan pembebasan terhadap Palestina, karena mereka terbelenggu oleh rantai nasionalisme. Mereka hanya bisa mengutuk dan mengecam, tanpa ada tindakan riil untuk membebaskan saudaranya melalui kekuatan militer yang dimilikinya.
Sejatinya, solusi untuk Palestina hanyalah dengan mengusir Yahudi penjajah dari bumi Syam. Untuk itu diperlukan adanya tindakan dari negeri-negeri Islam dengan pengiriman pasukan untuk melawan bangsa zionis itu. Namun sayang, berharap pada sosok penguasa muslim saat ini bak pungguk merindukan bulan karena faktanya mereka pun tersandera secara politik oleh AS. Sekat-sekat nasionalisme pun membelenggu mereka sehingga tidak bisa bertindak apapun demi saudaranya.
Hanya penguasa dalam sebuah naungan Islam saja yang mampu mewujudkan bantuan bagi rakyat Palestina. Setidaknya ada beberapa langkah yang bisa dilakukan: Pertama, menyatukan seluruh negeri Muslim secara politik dan militer dalam satu negara transnasional. Kedua, menolak segala bentuk tawaran perjanjian damai, gencatan senjata atau solusi dua negara, yang ada hanya perang.
Ketiga, melakukan mobilisasi militer di negeri muslim di sekitar Palestina. Keempat, membentuk opini umum tentang wajibnya jihad akbar, sehingga seluruh dunia akan memberi dukungan. Kelima, membebaskan negeri Syam itu dengan menjadikannya sebagai wilayah kepemimpinan Islam. Tentu hal ini memerlukan ketegasan dari seorang pemimpin muslim yang keberadaannya sebagai perisai bagi umat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. dalam HR Muttafaqun ‘Alayh dll:
“Sesungguhnya al-imam (khalifah) iti perisai yang (orang-orang) akan berperang mendukungnya dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya.”
Oleh karena itu, kehadiran negara yang berasaskan Islam adalah suatu hal mutlak yang wajib terlaksana. Umat harus menjadikannya sebagai agenda perjuangan yang harus dilakukan. Untuk itu penting dibangun kesadaran umat tentang akar permasalahan Palestina, bahwa seluruh kebengisan Yahudi ini hanya bisa dihentikan jika syariat Allah Swt. diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan dalam naungan sebuah kepemimpinan.
Wallahu a’lam bish-shawwab