Sejak Tahun 2000, Tiga Ribu Anak Palestina Terbunuh Oleh Israel

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Ramallah – Sejumlah lembaga hak asasi manusia telah mendokumentasikan 3.000 anak-anak Palestina dibunuh oleh Zionis Israel sejak awal Al-Aqsa pada 28 September 2000.

Dilansir Pusat Informasi Palestina, Departemen Informasi Anak-Anak di Kementerian Informasi menerbitkan laporan pelanggaran pasukan Israel dan kawanan pemukimanya terhadap anak-anak Palestina di Hari Perlindungan Hak-Hak Anak Sedunia.

Para Syuhada dan Tawanan Anak-Anak.

Sejak awal Intifadah Al-Aqsa hingga akhir Oktober 2019, lebih dari 3000 anak-anak terbunuh, puluhan ribu anak-anak terluka dan 16 ribu anak-anak ditangkap pemerintahan Israel.

Pihak berwenang Israel menahan sedikitnya 200 anak di penjara mereka, menurut statistik terbaru yang dikeluarkan oleh Asosiasi Tawanan Palestina.

Sejak awal tahun 2019, pasukan Zionis telah menangkap 745 anak di bawah usia 18 tahun.

Pada Oktober, Israel menangkap 75 anak-anak dari Tepi Barat, sebagaimana dilaporkan Klub Tahanan dan Otoritas Urusan Tahanan.

Sebanyak 95% anak-anak disiksa dan dianiaya selama dipenjara yang biasanya terjadi setelah tengah malam. Tentara Israel menutup mata dan mengikat tangan mereka, sebelum memaksa pengakuan karena tidak adanya pengacara atau anggota keluarga selama interogasi.

Departemen media menjelaskan, Israel menangkap sekitar 700 anak setiap tahun dari semua wilayah Palestina,  Tetapi sejak awal Oktober 2015 pasukan Israel meningkatkan penangkapannya terhadap anak-anak dan pada periode itu hingga awal November 2016 dua ribu anak ditangkap karena diduga melemparkan batu ke permukiman.

Kebanyakan anak-anak sekolah menjadi sasaran berbagai pelanggaran Israel di pos-pos pemeriksaan di pintu masuk kota, desa dan kamp pengungsian.

Pekerja Anak-Anak

Anak-anak juga menghadapi masalah kemiskinan yang meluas karena memburuknya situasi ekonomi dan blokade yang sedang berlangsung terutama di Jalur Gaza. Mereka terpaksa untuk meninggalkan bangku sekolah mereka untuk pergi ke pasar-pasar mencari pekerjaan.

Menurut laporan 2013 dari Biro Statistik Pusat Palestina (PCBS), persentase anak-anak Palestina yang memasuki pasar tenaga kerja dalam kelompok umur (10-17 tahun) adalah sekitar 4,1 %.

Laporan terbaru yang dikeluarkan Kementerian Tenaga Kerja menyebutjan, 102 ribu anak-anak Palestina di bawah usia 18 tahun berada di pasar tenaga kerja, sedangkan pada 2011 berjumlah sekitar 65 ribu anak-anak.

Pekerja Anak di Permukiman Lembah Jordan

Menurut statistik Ma’an, sepuluh ribu hingga dua puluh ribu pekerja Palestina berada di lembah pertanian Yordania, termasuk 5,5% anak-anak (13-16 tahun) yang bekerja selama 7 jam hingga 8 jam sehari.

Kondisi buruk yang dihadapi siswa di sekolah sebagai penyebab dari fenomena ini. Sekolah-sekolah di Lembah Jordan mengalami kekurangan dana dan fasilitas yang memadai dan letaknya yang jauh dari rumah anak-anak, menyebabkan mereka meninggalkan sekolah mereka tanpa alternatif lain selain bekerja.

Sebagian besar anak bekerja secara informal dan tidak menerima tunjangan di tengah kondisi kerja yang umumnya tidak aman.

Departemen menekankan, kebijakan Israel telah membuat situasi ekonomi yang serius di Lembah Jordan dan mendorong anak-anak Palestina untuk meninggalkan sekolah mereka, meninggalkan impian mereka dan memasuki pasar tenaga kerja sebelum waktunya, dengan imbalan upah murah dan tindakan merendahkan secara negatif mempengaruhi perkembangan anak.

Anak-anak Al-Quds

85% anak-anak Al-Quds hidup di bawah garis kemiskinan. Menurut Asosiasi Hak-Hak Sipil, populasi anak-anak Al-Quds timur berjumlah 371.844 anak, 79% di antaranya hidup di bawah garis kemiskinan sebagai akibat dari kebijakan dan tindakan pendudukan terhadap mereka.

Sedangkan untuk pendidikan di Al-Quds Timur, masih ada kekurangan ruang kelas yang diperkirakan mencapai 1.000 ruang kelas. Menurut data dari Direktorat Pendidikan di Al-Quds, jumlah anak di timur kota Al-Quds antara 6 tahun hiingga dan 18 tahun, pada 2012 mencapai 88 ribu dan 845 anak, termasuk 86 1.188 anak yang dapat mengenyam pendidikan.

Tingkat putus sekolah di sekolah-sekolah Al-Quds mencapai sekitar 40%. Kota Al-Quds juga mengalami kekurangan peralatan di pusat-pusat bersalin dan perawatan kanak-kanak, di mana hanya ada empat pusat perawatab yang ada dibandingkan dengan bagian barat Al-Quds yang memiliki 25 pusat merawat anak-anak.

sumber: infopalestina

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *