Pecah, Tangis Orang Tua Berharap Anaknya Dievakuasi dari Wuhan

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Wuhan- Suara Inqilabi- Isak tangis bersahutan dari puluhan orang tua dari mahasiswa asal Jawa Timur yang anaknya menempuh pendidikan di China saat bertemu Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Rabu malam (29/1). Mereka berharap anak-anaknya bisa segera dipulangkan ke tanah air.

Mereka sangat mengkhawatirkan keberadaan anak-anaknya, setelah Negeri Tirai Bambu itu diserang virus corona. Dirhan (48 tahun), warga Surabaya yang putrinya menempuh pendidikan di Central China Normal University, Wuhan, Hubei, Cina contohnya. Sambil menangis dia memohon kepada Khofifah agar mengupayakan anaknya segera dievakuasi. Menurutnya, evakuasi menjadi satu-satunya cara untuk menjaga anaknya dari serangan virus mematikan tersebut.

“Meskipun di video call selalu tertawa, tapi anak-anak ini pasti tertekan. Semoga cepat saja evakuasinya. Saya berharap jika evakuasi berjalan semoga bisa diterima di masyarakat dengan baik. Karena pasti ada kekhawatiran efeknya bisa ke yang lain,” ujar ayah dari Diani Lusiana Aisyah tersebut.

Pun warga Pamekasan, Madura, Herman Kusnadi (60) yang berharap dua anaknya bisa segera dievakuasi dari Xianning, Hubei, Cina. Herman menjelaskan, dua anaknya, Ilham Tri Kusnadi dan Ika Putri Laksmi tengah menempuh pendidikan di Hubei University of Science and Technology. Meski jaraknya masih sekitar 120 kilometer dari Kota Wuhan, namun masih berada di satu Provinsi, yakni Provinsi Hubei.

Herman meyakini, tidak hanya anaknya, tetapi seluruh pelajar yang ada di sana, berada dalam tekanan. Apalagi, setelah pemerintah setempat melakukan lock down atau isolasi terhadap kota-kota yang ada di Provinsi Hubei. Dia juga berharap pemerintah segera mengambil tindakan mengevakuasi warganya. Menurutnya, itu merupakan satu-satunya cara untuk menyelamatkan para pelajar asal Indonesia.

“Anak-anak itu resah betul. Karena semua kota sudah dikarantina. Jadi keinginan anak-anak karena sudah tidak ada kegiatan di kampus, sampai batas waktu yang tidak ditentukan, maka anak-anak ingin dievakuasi ke tanah air,” ujar Herman.

Herman juga mengkhawatirkan pasokan logistik di tempat kedua anaknya tinggal. Diakuinya, pemerintah memang memberikan bantuan berupa uang sebasar 280 yuan, atau sekitar Rp 560 ribu untuk satu pekan. Namun, kata dia, yang menjadi permasalahan penjual di sana banyak yang tutup. Sehingga sekalipun memiliki uang, mereka tetap kesulitan berbelanja kebutuhan sehari-hari.

“Logistik tidak cukup. Baru kemarin sore dapat bantuan 280 yuan atau Rp 560 ribu, untuk biaya satu minggu. Itu pun kesulitan, karena hanya ada satu toko yang buka, dan itu pun rebutan dengan masyarakat di situ,” ujar Herman.

Herman mengatakan evakuasi adalah satu-satunya cara agar para pelajar asal Indonesia itu merasa aman. Karena jika tetap berada di sana, akan terus dihantui ketakutan tertular virus mematikan.

“Mereka hanya ingin pulang. Karena mereka khawatir, karena tidak tahu virus itu ada di mana,” kata Herman.

Fahrur Rozi (34) juga mengharapkan adik kesayangannya cepat dievakuasi dari China. Sang adik, yakni Husnia, mahasiswa Universitas Negeri Surabaya itu mendapat beasiswa di Central China Normal University, Wuhan, Hubei. Rozi mengungkapkan, sang adik yang merupakan mahasiswa Pendidikan Bahasa Mandarin tersebut memang dalam kondisi baik. Tapi dia berharap cepat dipulangkan ke tanah air.

“Kondisi terakhir dia baik-baik saja memang. Tapi intinya dari keluarga pengen cepet-cepet pulang, pemerintah biar ada tindakan cepat,” kata Rozi.

Rozi mengungkapkan, berdasarkan pengakuan sang adik, kebutuhan para pelajar di sana adalah kebutuhan sehari-hari, bukan uang. Karena ketika memiliki uang pun, mereka kesulitan berbelanja kebutuhan sehari-hari akibat banyaknya toko yang tutup. Jika ada pun, harganya naik berkali-kali lipat, dan harus berebut dengan masyarakat setempat.

“Kalau uang tidak seberapa butuh, soalnya toko-toko di sana tutup semua. Mungkin kayak vitamin dan bahan makanan yang perlu. Karena stoknya sudah menipis,” ujar Rozi.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyatakan, telah menyampaikan harapan tersebut ke Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Khofifah mengaku terus berkoordinasi dengan Kemenlu untuk memulangkan 284 mahasiswa asal Jatim, yang berada di China. Khofifah mengaku, Menteri Luar Negeri tengah menyiapkan formula untuk mengevakuasi WNI dari China.

“Koordinasi terus dengan Kemenlu, dan beliau dengan KBRI di China juga berkoordinasi. Untuk memetakan pada titik mana pemerintah bisa memberikan izin melakukan evakuasi,” kata Khofifah.

Khofifah menyatakan 284 mahasiswa asal Jatim yang berada di China telah terdaftar di data Pemprov Jatim. Menurutnya, jumlah tersebut masih bisa bertambah. Dia meminta masyarakat yang anak-anaknya berada di China intens berkoordinasi dengan Pemprov Jatim.

“Sekarang yang paling dibutuhkan evakuasi. Bu Menlu mengupayakan evakuasi secepat mungkin. Kami terus berkoordinasi seluruh mahasiswa dari Jatim bisa diprioritaskan mendapatkan satu penerbangan dan turun di Juanda supaya lebih efektif. Kita siapkan juga pengawasan kesehatannya,” kata Khofifah.(kk/rol)

Facebook
Twitter
LinkedIn
Pinterest
Pocket
WhatsApp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *